Jumat, 23 Desember 2016

Teori-Teori Tentang Hikikat Perkembangan Peserta Didik

Teori-Teori Tentang Hikikat Perkembangan Peserta Didik

Ada beberapa teori psikologi tentang hakikat manusia, teutama dikaitkan dengan perkembangan psikologi anak didik. Teori-teori ini antara lain sebgai berikut:
1.      Teori Psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori psikologi yang beupaya menjelaskan hakikat dan perkembangan tingkah laku (keperibadian) manusia. Menurut teori ini tingkah laku manusia hasil tenaga yang beroperasi di dalam pikiran, yang sering tanpa di sadari oleh individu. Berdasarkan ide-ide pokok tentang tingkah manusia tersebut, Freud kemudian membedakan keperibadian manusia atas tiga unit mental atau struktur psikis tersebut.
a.    Id: merupakan aspek biologis keperibadian karena berisikan unsur-unsur biologis, termasuk di dalamnya dorongan-dorongan dan implus-implus instingtif yang lebih dasar (lapar, haus, seks, dan agresi)
b.    Ego; merupakan aspek psikologi keperibadian karena timbul dari kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan instinktif organisme dengan lingkungan.
c.    Superego; aspek sosiologis keperibadian karena merupakan wakil nilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat sebagiman yang ditafsirkan orang tua terhadap anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan. Perhatian superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui masyarakat.
2.      Teori Behavioristik
Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pembahasan dalam tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikolog Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinaika. Menurut teori ini, manusia sepenuhnya adalah manusia yang reaktif, yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar.
3.      Teori Humanistik
Teori humanistik muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai rekasi terhadap teori psikodinamika dan behavioristik. Para teoritikus humanistic mepertahankan bahwa manusia memiliki kecenderungan bawaan uantuk melakukan self-actualization untuk berjuang menjadi apa yang mereka mampu. Rogers meyakini bahwa orang tua mempunyai peran yang besar dalam membantu ank-anak mereka pada jalur self-actualization dengan menunjukan unconditional positive regard memuji mereka berdasarkan nilai dari dalam diri mereka.
4.      Teori Psikologi Traspersonal
Psikolgi transpersonal merupakan pengembangan psikologi humanistic. Aliran psikologi ini disebut aliran ke empat psikologi.
5.      Teori Nativisme (Teori yang Berorientasi pada Biologi)
Aliran nativisme berpandangan bahwa segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya: kalau ayahnya pintar, maka kemungkinan  besar anaknya juga pintar.
Teori nativisme mengemukakan bahwa anak lahir telah dilengkapi dengan bakat alami, dan pembawaan (nativus = pembawaan) inilah yang akan menentukan wujud keperibadian seseorang anak.  J.J Rauseo menyatakan bahwa bawaan dari lahir adalah faktor yang paling menentukan perkembangan, anak ketika dilahirkan membawa segi-segi moral (ex: anak koruptor       koruptor), psimis terhadap pendidikan.
6.      Teori Empirisme (Teori Lingkungan)
Aliran empirisme bertentangan dengan aliran nativisme, empirisme (emperi = pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi dibawah lahir manusia. Dengan kata lain bahwa anak mausia itu lahir dalam keadaan suci dalam pengertian ank bersih tidak mambawa apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajr peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “tabula rasa” yakni ank lahir didunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empiric yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran emperisme ini, seorang pendidik memengang peranan penting terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya.
7.      Teori Kovergensi
Aliran kovergensi berasal dari kata konvergen, artinya besifat menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedungza-duanya memainkan peran penting. Bakat sebgai kemungkinan atau diposisikan telah ada pada masing-masing individu, yang kenudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu akan menjadi kenyataan.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni nativisme, empirisme, dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajra mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan (nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan yang dimaksudkan adalah sifatnya yang ekslusif dengan cirinya ekstrim berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir konvergensi pada umunya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya, meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling penting menentukan tumbuh-kembang itu.
Diungkapkan bahwa perkembangan jiwa anak lebih banyak ditentukan oleh dua faktor yang saling menopang, yakni faktor bakat dan pengaruh lingkungan, keduanya tidak dapat dipisahkan seolah-olah memadu, bertemu dalam satu titik. Disisni dapat dipahami bahwa seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila dibina oleh suatu pendidikan (pengalaman) yang baik serta ditopang oleh bakat yang merupakan pembawaan sejak lahir.

Sumber, Hosnan, M. 2016. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bogor: Ghalia Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar