Teori-Teori
Tentang Hikikat Perkembangan Peserta Didik
Ada beberapa teori psikologi
tentang hakikat manusia, teutama dikaitkan dengan perkembangan psikologi anak
didik. Teori-teori ini antara lain sebgai berikut:
1.
Teori Psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori
psikologi yang beupaya menjelaskan hakikat dan perkembangan tingkah laku
(keperibadian) manusia. Menurut teori ini tingkah laku manusia hasil tenaga
yang beroperasi di dalam pikiran, yang sering tanpa di sadari oleh individu.
Berdasarkan ide-ide pokok tentang tingkah manusia tersebut, Freud kemudian
membedakan keperibadian manusia atas tiga unit mental atau struktur psikis
tersebut.
a. Id: merupakan aspek biologis keperibadian karena berisikan
unsur-unsur biologis, termasuk di dalamnya dorongan-dorongan dan implus-implus
instingtif yang lebih dasar (lapar, haus, seks, dan agresi)
b. Ego; merupakan aspek psikologi keperibadian karena timbul dari
kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan
menjadi perantara antara kebutuhan instinktif organisme dengan lingkungan.
c. Superego; aspek sosiologis keperibadian karena merupakan wakil
nilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat sebagiman yang ditafsirkan
orang tua terhadap anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan.
Perhatian superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah,
sehingga dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui
masyarakat.
2.
Teori Behavioristik
Behavioristik adalah sebuah aliran
dalam pembahasan dalam tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B.
Watson (1878-1958), seorang ahli psikolog Amerika pada tahun 1930, sebagai
reaksi atas teori psikodinaika. Menurut teori ini, manusia sepenuhnya adalah
manusia yang reaktif, yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari
luar.
3.
Teori Humanistik
Teori humanistik muncul pada
pertengahan abad ke-20 sebagai rekasi terhadap teori psikodinamika dan
behavioristik. Para teoritikus humanistic mepertahankan bahwa manusia memiliki
kecenderungan bawaan uantuk melakukan self-actualization
untuk berjuang menjadi apa yang mereka mampu. Rogers meyakini bahwa orang
tua mempunyai peran yang besar dalam membantu ank-anak mereka pada jalur self-actualization dengan menunjukan unconditional positive regard memuji
mereka berdasarkan nilai dari dalam diri mereka.
4.
Teori Psikologi Traspersonal
Psikolgi transpersonal merupakan
pengembangan psikologi humanistic. Aliran psikologi ini disebut aliran ke empat
psikologi.
5.
Teori Nativisme (Teori yang
Berorientasi pada Biologi)
Aliran nativisme berpandangan bahwa
segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi
perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar
turunan, misalnya: kalau ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.

6.
Teori Empirisme (Teori Lingkungan)
Aliran empirisme bertentangan
dengan aliran nativisme, empirisme (emperi
= pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi dibawah lahir
manusia. Dengan kata lain bahwa anak mausia itu lahir dalam keadaan suci dalam
pengertian ank bersih tidak mambawa apa-apa. Karena itu, aliran ini
berpandangan bahwa hasil belajr peserta didik besar pengaruhnya pada faktor
lingkungan.
Tokoh perintis aliran empirisme
adalah seorang filosof Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang
mengembangkan teori “tabula rasa” yakni ank lahir didunia bagaikan kertas putih
yang bersih. Pengalaman empiric yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh
besar dalam menentukan perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa
aliran emperisme ini, seorang pendidik memengang peranan penting terhadap
keberhasilan belajar peserta didiknya.
7.
Teori Kovergensi
Aliran kovergensi berasal dari kata
konvergen, artinya besifat menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan
bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun
lingkungan, kedungza-duanya memainkan peran penting. Bakat sebgai kemungkinan
atau diposisikan telah ada pada masing-masing individu, yang kenudian karena
pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka
kemungkinan itu akan menjadi kenyataan.
Ketika aliran-aliran pendidikan,
yakni nativisme, empirisme, dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajra
mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan
(nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan yang dimaksudkan
adalah sifatnya yang ekslusif dengan cirinya ekstrim berat sebelah. Sedangkan
aliran yang terakhir konvergensi pada umunya diterima secara luas sebagai
pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam
kegiatan belajarnya, meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang
faktor-faktor mana yang paling penting menentukan tumbuh-kembang itu.
Diungkapkan bahwa perkembangan jiwa
anak lebih banyak ditentukan oleh dua faktor yang saling menopang, yakni faktor
bakat dan pengaruh lingkungan, keduanya tidak dapat dipisahkan seolah-olah
memadu, bertemu dalam satu titik. Disisni dapat dipahami bahwa seorang anak
akan terbentuk dengan baik apabila dibina oleh suatu pendidikan (pengalaman)
yang baik serta ditopang oleh bakat yang merupakan pembawaan sejak lahir.
Sumber, Hosnan, M. 2016. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bogor:
Ghalia Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar