Minggu, 04 Desember 2016

Kriteria Guru Profesional untuk Peserta Didik



          Negara maju maupun negara berkembang tentunya tidak terlepas dari dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan dalam suatu negara, maka semakin tinggi pula sumber daya manusia yang dapat memajukan dan mengharumkan negaranya. Tidak ada perbedaan antara sumber daya manusia negara maju maupun negara berkembang, hanya perbedaannya terletak pada cara mendidik sumber daya manusia itu sendiri. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran seorang guru. Salah satunya di Indonesia, Apakah guru – guru di Indonesia sudah termasuk kriteria guru profesional?.
           Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga memberi contoh, inspirasi, dan yang paling penting adalah membuat siswa nyaman dan senang dalam belajar serta menikmati proses pembelajarannya. Seperti yang kita ketahui, keberhasilan utama seorang guru ialah perubahan positif yang dialami murid – muridnya. Perubahan positif seperti apa? Tentu saja dalam berbagai faktor, ketika murid mulai memahami terhadap materi yang diajarkan oleh guru, atusias murid dalam mengikuti proses pembelajaran, dan yang paling penting adalah ketika murid sudah menikmati sejauh mana proses pembelajaran tersebut.
       Sayangnya, dari pengalaman saya berkecimpung di dunia pendidkan (sebagai seorang siswi), tidak semua guru yang masuk dalam kriteria profesional. Bahkan, masih banyak guru yang tidak menciptakan “antusiasme murid dalam proses pembelajaran”, tetapi sebaliknya, masih ada guru yang menciptakan semacam sistem belajar mengajar dengan penuh keterpaksaan, seperti pemberian tugas yang berlebihan, memberi sanksi atau hukuman dengan cara yang kurang tepat sasaran, dan lain – lain.
       Walaupun, saya yakin bahwa setiap guru pasti memiliki niat dan tujuan yang baik dalam mendidik, karena setiap guru memainkan perannya sebagai pendidik dengan caranya masing –masing. Salah satu kriteria profesional adalah Cara Pendekatan antara Guru dan Murid dalam Proses Pembelajaran Berlangsung. Banyak guru yang dipandang oleh para siswa sebagai guru yang menarik dan mudah dipahami. Dan guru-guru seperti itulah yang akan menjadi idola para siswanya. Di sisi lain, ada pula guru yang dipandang oleh para siswa sebagai guru yang membosankan  atau tidak menarik. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran secara optimal. Oleh karena itu, semua guru harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan.
       Sebelum kita menerapkan pengetahuan kita tentang perkembangan kecakapan afektif dengan menghubungkan dalam pengalaman diri kita sendiri, kita perlu mengetahui apa itu afektif? Agar pengetahuan awalnya dapat terpenuhi. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru.  Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
       Tipe karakteristik afektif yang pertama itu ada sikap. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi proses pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. Pendidik harus membuat rencana proses pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif, walaupun terkadang ada sebagian murid yang tidak menyukai mata pelajaran tersebut.
       Kedua minat, penilaian minat dapat digunakan untuk mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk mengarahkan dalam proses pembelajaran, acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi, serta meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
        Ketiga, evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Penilaian evaluasi dapat dilakukan dengan cara mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik, pendidik dapat membuat peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran, melatih kejujuran dan kemandian peserta didik, dan yang paling terpenting adalah pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
        Di urutan keempat ada nilai, satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagaiaan personal dan memberi kontribusi positif terhadap masyarakat.
       Kelima, ada moral yang berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan oleh diri sendiri dan moral pun berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Mungkin itu hal yang perlu direfleksikan untuk guru di Indonesia untuk mencapai kriteria guru profesional, cara pendekatan antara guru dan murid dalam proses pembelajaran berlangsung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar