Filsafat Ibnu Sina
Nama
lengkapnya Abu Ali al- Husien ibn Abdullah ibn Hasan ibn Ali ibn Sina. Ia
dilahirkan didesa Afsyanah, dekat Buhkara, Persia Utara pada 370 H. Ia
mempunyai kecerdasan dan ingatan yang luar biasa sehingga dalam usia 10 tahun
telah mampu menghafal Al-Qur’an, sebagian besar sastra Arab dan juga hafal
kitab metafisika karangan Aristoteles setelah dibacanya empat puluh kali.
Pada
usia 17 tahun ia telah banyak menguasai ilmu pengetahuan, sastra arab, fikih,
ilmu hitung, ilmu ukur, filsafat dan bahkan ilmu kedokteran dipelajarinnya
sendiri. Kemampuan Ibnu Sina dalam bidang filsafat dan kedokteran, kedua duanya
sama beratnya. Dalam bidang kedokteran dia mempersembahkan Al-Qanun
fit-Thibb-nya, dimana ilmu kedokteran modern mendapat pelajaran, sebab kitab
ini selain lengkap, disusunnya secara sistematis.
Dalam
bidang materia medeica, Ibnu Sina telah banyak menemukan bahan nabati
baru Zanthoxyllum budrunga dimana tumbuh- tumbuhan banayak membantu
terhadap beberapa penyakit tertentu seperti radang selaput otak (miningitis).
Selain itu Ibnu Sina merupakan orang pertama
yang menemukan peredaran darah manusia, dimana enam ratus tahun kemudian
disempurnakan oleh William Harvey. Dia pulalah yang pertama kali mengatakan
bahwa bayi selama masih dalam kandungan mengambil makanannya lewat
tali pusarnya. Ibnu sina juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa dengan cara -
cara modern yang kini disebut psikoterapi.
Dibidang
filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam para filosof di masanya, bahkan
sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina otodidak dan genius orisinil yang bukan hanya
dunia Islam menyanjungnya. Selain kepandaiannya sebagai flosof dan dokter,
iapun penyair. Ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu jiwa, kedokteran dan kimia
ada yang ditulisnya dalam bentuk syair. Begitu pula didapati buku - buku yang
dikarangnya untuk ilmu logika dengan syair.
Kebanyakan
buku - bukunya telah disalin kedalam bahasa Latin. Ketika orang - orang Eropa
diabad tengah, mulai mempergunakan buku-buku itu sebagai textbook, diberbagai
universitas. Oleh karena itu nama Ibnu Sina dalam abad pertengahan di Eropa
sangat berpengaruh.
Dalam
dunia Islam kitab-kitab Ibnu Sina terkenal, bukan saja karena kepadatan
ilmunya, akan tetapi karena bahasanya yang baik dan caranya menulis sangat
terang. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa
Persia. Buku - bukunya dalam bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran dalam
tahun 1954. Karya - karya Ibnu Sina yang ternama dalam lapangan Filsafat adalah
As-Shifa, An-Najat dan Al Isyarat. An-Najat adalah resum dari kitab As-Shifa.
Al-Isyarat, dikarangkannya kemudian, untuk ilmu tasawuf. Selain dari pada itu,
ia banyak menulis karangan - karangan pendek yang dinamakan Maqallah.
Kebanyakan maqallah ini ditulis ketika ia memperoleh inspirasi dalam sesuatu
bentuk baru dan segera dikarangnya.
Sekalipun
ia hidup dalam waktu penuh kegoncangan dan sering sibuk dengan soal negara, ia
menulis sekitar dua ratus lima puluh karya. Diantaranya karya yang paling
masyhur adalah “Qanun” yang merupakan ikhtisar pengobatan
Islam dan diajarkan hingga kini di Timur. Buku ini dterjemahkan ke baasa Latin
dan diajarkan berabad lamanya di Universita Barat. Karya keduanya adalah
ensiklopedinya yang monumental “Kitab As-Syifa”. Karya ini merupakan titik
puncak filsafat paripatetik dalam Islam.
Adapun
Pemikiran-pemikiran yang lainnya yakni;
A)
Kenabian
Sejalan dengan teori kenabian dan
kemukjizatan, ibnu Sina membagi manusia kedalam empat kelompok: mereka yang
kecakapan teoretisnya telah mencapai tingkat penyempurnaan yang sedemikian rupa
sehingga mereka tidak lagi membutuhkan guru sebangsa manusia, sedangkan
kecakapan praktisnya telah mencapai suatu puncak yang demikian rupa sehingga
berkat kecakapan imajinatif mereka yang tajam mereka mengambil bagian secara langsung
pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa masa kini dan akan datang.
Kemudian mereka memiliki kesempurnaan daya
intuitif, tetapi tidak mempunyai daya imajinatif. Lalu orang yang daya
teoretisnya sempurna tetapi tidak praktis. Terakhir adalah orang yang
mengungguli sesamanya hanya dalam ketajaman daya praktis mereka.
Nabi Muhammad memiliki syarat-syarat yang
dibutuhkan seorang Nabi, yaitu memiliki imajinasi yang sangat kuat dan hidup,
bahkan fisiknya sedemikian kuat sehingga ia mampu mempengaruhi bukan hanya
pikiran orang lain, melainkan juga seluruh materi pada umumnya. Dengan
imajinatif yang luar biasa kuatnya, pikiran Nabi, melalui keniscayaan
psikologis yang mendorong, mengubah kebenaran-kebenaran akal murni dan
konsep-konsep menjadi imaji-imaji dan simbol-simbol kehidupan yang demikian
kuat sehingga orang yang mendengar atau membacanya tidak hanya menjadi percaya
tetapi juga terdorong untuk berbuat sesuatu.
Apabila kita lapar atau haus, imajinasi
kita menyuguhkan imaji-imaji yang hidup tentang makanan dan minuman.
Pelambangan dan pemberi sugesti ini, apabila ini berlaku pada akal dan jiwa
Nabi, menimbulkan imaji-imaji yang kuat dan hidup sehingga apapun yang
dipikirkan dan dirasakan oleh jiwa Nabi, ia benar-benar mendengar dan
melihatnya.
B)
Tasawuf
Tasawuf, menurut ibnu Sina tidak dimulai
dengan zuhud, beribadah dan meninggalkan keduniaan sebagaimana yang dilakukan
orag-orang sufi sebelumnya. Ia memulai tasawuf dengan akal yang dibantu oleh
hati. Dengan kebersihan hati dan pancaran akal, lalu akal akan menerima
ma’rifah dari al-fa’al. Dalam pemahaman bahwa jiwa-jiwa manusia tidak berbeda
lapangan ma’rifahnya dan ukuran yang dicapai mengenai ma’rifah, tetapi
perbedaannya terletak pada ukuran persiapannya untuk berhubungan dengan akal
fa’al.
Mengenai bersatunya Tuhan dan manusia atau
bertempatnya Tuhan dihati diri manusia tidak diterima oleh ibnu Sina, karena
manusia tidak bisa langsung kepada Tuhannya, tetapi melalui prantara untuk
menjaga kesucian Tuhan. Ia berpendapat bahwa puncak kebahagiaan itu tidak
tercapai, kecuali hubungan manusia dengan Tuhan. Karena manusia mendapat
sebagian pancaran dari perhubungan tersebut. Pancaran dan sinar tidak langsung
keluar dari Allah, tetapi melalui akal fa’al.
Ibnu Sina memiliki pemikiran
keagamaan yang mendalam. Pemahamannya mempengaruhi pandangan filsafatnya. Menurut
Ibnu Sina bahwa alam ini diciptakan dengan jalan emanasi (memancar dari Tuhan).
Tuhan adalah wujud pertama yang immateri dan dari Nyalah memancar segala yang
ada. Adapun pemikiran Ibnu Sina tentang kenabian menjelaskan bahwa nabilah
manusia yang paling unggul, lebih unggul dari filosof karena nabi memiliki akal
aktual yang sempurna tanpa latihan atau studi keras, sedangkan filosof
mendapatkannya dengan usaha dan susah payah.
Sumber,
Watoni, Nurul. Filsat Ibnu Sina. Diperoleh
dari http://nurulwatoni.tripod.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar