Rabu, 21 Desember 2016

Filsafat Klasik Masa Pra-Sokrates



Filsafat Klasik Masa Pra-Sokrates

Filsafat dimasa Pra-Sokrates bukan hanya merupakan tahap pra-filsafat.  Melaikan tahap pertama dalam filsafat Yunani. Meskipun bukan merupakan filsafat murni, tetapi ia merupakan filsafat sesungguhnya, sebaliknya filsafat Pra-Sokrates bukannya merupakan unit tertutup yang tidak berhubungan dengan pemikiran filosofis sesudahnya, tapi merupakan persiapan bagi periode sesudahnya.
Meskipun Plato dan Aristoteles mengemukakan filsafat yang brilian, keduanya tidak terlepas dari pengaruh filsafat Pra-Sokrates. Ploto, misalnya sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Heracleitos, para filsuf elea dan Pythagoreanism. Berikutakan akan dijelaskan filsuf-filsuf yang hidup sebelum masa Sokrates, yakni :
1.      Thales (625-545 SM)
Dalam sejarah filsafat, Thales dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama. Dia adalah “satu dari tujuh orang bijak” dizamannya (bersama Bias dari Priene, Pittkos dari Mytilene, Soloon dari Athena, Kleoboulos dari Lindos, Khiloon dari Sparta, dan Periandros dari Korinthos). Thales adalah filsuf dan ilmuan prktis. Tidak banyak diketahui tentang riwayat hidup Thales sendiri. Keterangan tentang Thales justru banyak berasal dari Aristoteles dan juga Diogenes Laertius.
Sebagai seorang filsuf Thales berusaha menjawab pertanyaan: apa asal-usul segala sesuatu?, sebagai ilmuan ia juga mewarikan ajaran tentang sejumlah gejala alam. Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah air, itu merupakan sebuah kesimpulan setalah ia mengamati dominasi air di alam dan kehidupan manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke hari mengamati bahwa kabut memberi kehidupan bagi segala sesuatu. Bahakan panas itu sendiri berasal dari kelembaban. Dia juga mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat kelembaban, dan air merupakan hakikat dari benda-benda yang lembab.
Fenomena penguapan juga bisa mengungkapan jalan pikiran Thales, pada pengupan, air menjadi uap atau udara, sedangkan pada gejala pembekuan disaksikan bahwa jika proses it uterus berlangsung, maka air akan menjadi bumi.  Thales juga megajarkan bahwa segala benda penuh dengan dewi-dewi, menurut dia, magnit mempunyai jiwa karena dapat menggerakan besi, tapi pernyataan ini sulitdi tafsirkan secara pasti. Namun yang penting dari ajaran Thales adalah ia melihat benda-benda mempunyai banyak bentuk yang memiliki unsur dasar dan primer yang satu. Elemen primer ini adalah air. Jadi Thales-lah orang pertama yang mengerti apa itu kesatuan dalam perbedaan (unitas dalam pluralitas). Oleh kerena itu ia pantas menyandang julukan filsuf pertama
Sebagai seorang filsuf praktis Thales berhasil menyusun almenak. Dia juga memperkenalkan praktik menentukan arah bagi para pelaut dengan berpedoman pada posisi bintang Beruang kecil yang dikenal pada bangsa Phoenicia.
2.      Anaximander (611-545 SM)
Anaxsimandros merupakan ilmuan yang membuat sebuah peta yang mungkin digunakan oleh para pelaut Milesia ke Laut Hitam. Menurut Theophrastus, anaxsimander merupakan rekan Thales, dan nampaknya lebih muda. Disamping kegitan ilmiahnya, dia juga mencari jawaban atas pertanyaan sama yang menggugah Thales. Tapi menurut dia, prinsip pertama dan utama itu tidak mungkin air seperti yang dikatakan Thales.
Jika perubahan, kelahiran, dan kematian, pertumbuhan dan kehancuran disebabkan oleh konflik, maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda yang tidak dapat melebur menjadi air. Maka, menurut dia prinsip pertama dari segala benda adalah to operion (yang berarti substansi yang tak terbatas).  to operion itu kekeal dan tidak dapat dimakan oleh usia.
Anaximander mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan tapi slinder pendek. Kehidupan berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan lingkungan bentuk-bentuk hewan yang sekarang berevolusi. Tentang asal-usul manusia, Anaximander mengatakan bahwa pada mulanya manusia itu dilahirkan dari hewan-hewan spesies lain. Menurutnya hewan-hewan lain dapat cepat menemukan makan sendiri, tetapi manusia membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi dewasa. Tapi dia tidak menjelsakan manusia dapat hidup dalam tahap transisi.
Jadi, doktrin Anaximander merupakan suatu langkah maju disbanding Thales, dia tidak menunjuk unsur tertentu, tapi konsep to operion, yakni substansi yang tak terbatas.
3.      Anaxsimenes (588-524b SM)
Menurut Anaxsimenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Kesimpulan ini mungkin sekali di dasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa hidup jika ia bernafas. Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “sebagaimana halnya jiwa kita, yakni udara, memeprsatukan kita, demikian juga nafas dan udara merngkul seluruh dunia” kata Anaxsimenes. Jadi, udara adalah prinsip dasar dari dunia.
Yang patut dicatat dari teorinya adalah usahanya untuk menemukan semua kualitas pada kuantitas. Anaxsimenes juga mengatakan bahwa kalau kita bernafas dengan mulut terbuka, udara panas. Sebaliknya jika kita bernafas dengan mulut tertutup, udara dingin. Menurut ekperimen modern, apa yang dikatakannya memang benar dan dapat dibuktikan.
4.      Phythagoras (580-500 SM)
Dengan berakhirnya pembicaraan tentak anaximenes, berakhir pula pemebahsan tentang filsuf dari Militus. Dengan Phythagoras, kita akan memasuki ciri lain dari filsafat. Phythagoras mengajarkan bahwa bilanagan adalah ajaran yang paling penting. Tapi di pihak lain filsafat methematico-matefisika ini sangat sulit dipahami. Yang pasti Phythagoras dan para pengikutnya sangat terobsesi dengan matematika. Sampai-sampai dikatakan bahwa Tuhan itu seseorang yang ahli matematika.
Menurut Phythagoras prinsip dasar dari segala-galanya adalah matematika. Semua benda dapat dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal dengan angka-angaka, mereka terpesona dengan kenyataan bahwa interval-interval music antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numeric. Seprti halnya harmoni music bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga bergantung pada angka. Bahkan menurut Phythagoras, benda-benda adalah angka-angka (things are numbers).
5.      Xenophenes (570-480 SM)
Xenophenes bukanya seorang filsuf tapi ia adalah seorang yang berfikir kritis. Dia lahir di Kolophon. Asia Kecil. Ketika kota kelahirannya itru direbut oleh Persia tahun 545, Xenophenes melrikan diri dan untuk beberapa waktu lamanya tinanzggal di Messina dan Kattana pulau Sisilia. Xenophenes menolak anthropomorfisme allah-allah. Dengan kata lain ia berpendapat bahwa allah bersifat kekal. Dia menolak anggapan bahwa allah dilahirkan. Maka dapat disimpulkan bahwa menurut dia allah tidak mempunyai permulaan.
6.      Heracleitos (540-475 SM)
Heracleitos dengan ajarannya : panta rei yang artinya segala sesuatu mengalir (all things are in a state of flux). Tapi kata Coppleston, ucapan ini tidak mewakili inti pemeikiran filosofisnya, meski memang mewakili satu aspek yang penting dari ajarannya. .
Heracleitos ju7ga mengajarkan konsep unity in diversity, difference in unity (kesatuan dalam keragaman, perbedaan dalam kesatuan). Dengan kata lain ia mengajrakan tentang kesatuan dari yang satu. Ajaran ini pada prinsipnya berbeda dengan yang diajarkan oleh Anaxsimander.
Anaxsimander mengatakan bahwa hal-hal yang beroposisi saling membentur, maka timbul ketidakadilan. Perang antar hal-hal yang berlawanan sebagai suatu yang seharusnya tak boleh ada, sesuatu yang menodai kesucian yang satu. Sebaliknya Heracleitos mangatakan bahwa konflik dari hal-hal yang beroposisi justru sangat esensial bagi yang satu. Artinya bahwa realitas adalah yang satu. Tapi pada yang sama banyak. Itu bukan suatu yang aksidentil, tapi esensial.
Keenam tokoh di atas merupakan filsuf-filsuf yang yang hidup sebelum masa sokretes, namun ada beberapa para filsu lain yang hidup pada masa itu yakni Parmides dan Melissus, zeno, Empledoches, Anaxsagoros, Leucippus dari Militus dan Demokritos dari Abdera.
Sumber, Massofa. 2011. Buku Pengantar Filsafat. Diperoleh dari  https://massofa.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar