Filsafat Klasik Masa Pra-Sokrates
Filsafat
dimasa Pra-Sokrates bukan hanya merupakan tahap pra-filsafat. Melaikan tahap pertama dalam filsafat Yunani.
Meskipun bukan merupakan filsafat murni, tetapi ia merupakan filsafat
sesungguhnya, sebaliknya filsafat Pra-Sokrates bukannya merupakan unit tertutup
yang tidak berhubungan dengan pemikiran filosofis sesudahnya, tapi merupakan
persiapan bagi periode sesudahnya.
Meskipun
Plato dan Aristoteles mengemukakan filsafat yang brilian, keduanya tidak
terlepas dari pengaruh filsafat Pra-Sokrates. Ploto, misalnya sangat
dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Heracleitos, para filsuf elea dan
Pythagoreanism. Berikutakan akan dijelaskan filsuf-filsuf yang hidup sebelum
masa Sokrates, yakni :
1. Thales
(625-545 SM)
Dalam
sejarah filsafat, Thales dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama. Dia adalah
“satu dari tujuh orang bijak” dizamannya (bersama Bias dari Priene, Pittkos
dari Mytilene, Soloon dari Athena, Kleoboulos dari Lindos, Khiloon dari Sparta,
dan Periandros dari Korinthos). Thales adalah filsuf dan ilmuan prktis. Tidak
banyak diketahui tentang riwayat hidup Thales sendiri. Keterangan tentang
Thales justru banyak berasal dari Aristoteles dan juga Diogenes Laertius.
Sebagai
seorang filsuf Thales berusaha menjawab pertanyaan: apa asal-usul segala
sesuatu?, sebagai ilmuan ia juga mewarikan ajaran tentang sejumlah gejala alam.
Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah air, itu merupakan
sebuah kesimpulan setalah ia mengamati dominasi air di alam dan kehidupan
manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke hari mengamati bahwa
kabut memberi kehidupan bagi segala sesuatu. Bahakan panas itu sendiri berasal
dari kelembaban. Dia juga mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat
kelembaban, dan air merupakan hakikat dari benda-benda yang lembab.
Fenomena
penguapan juga bisa mengungkapan jalan pikiran Thales, pada pengupan, air
menjadi uap atau udara, sedangkan pada gejala pembekuan disaksikan bahwa jika
proses it uterus berlangsung, maka air akan menjadi bumi. Thales juga megajarkan bahwa segala benda
penuh dengan dewi-dewi, menurut dia, magnit mempunyai jiwa karena dapat
menggerakan besi, tapi pernyataan ini sulitdi tafsirkan secara pasti. Namun
yang penting dari ajaran Thales adalah ia melihat benda-benda mempunyai banyak
bentuk yang memiliki unsur dasar dan primer yang satu. Elemen primer ini adalah
air. Jadi Thales-lah orang pertama yang mengerti apa itu kesatuan dalam
perbedaan (unitas dalam pluralitas). Oleh kerena itu ia pantas menyandang julukan
filsuf pertama
Sebagai
seorang filsuf praktis Thales berhasil menyusun almenak. Dia juga
memperkenalkan praktik menentukan arah bagi para pelaut dengan berpedoman pada
posisi bintang Beruang kecil yang dikenal pada bangsa Phoenicia.
2. Anaximander
(611-545 SM)
Anaxsimandros
merupakan ilmuan yang membuat sebuah peta yang mungkin digunakan oleh para
pelaut Milesia ke Laut Hitam. Menurut Theophrastus, anaxsimander merupakan
rekan Thales, dan nampaknya lebih muda. Disamping kegitan ilmiahnya, dia juga
mencari jawaban atas pertanyaan sama yang menggugah Thales. Tapi menurut dia,
prinsip pertama dan utama itu tidak mungkin air seperti yang dikatakan Thales.
Jika
perubahan, kelahiran, dan kematian, pertumbuhan dan kehancuran disebabkan oleh
konflik, maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda yang tidak dapat
melebur menjadi air. Maka, menurut dia prinsip pertama dari segala benda adalah
to operion (yang berarti substansi
yang tak terbatas). to operion itu kekeal dan tidak dapat dimakan oleh usia.
Anaximander
mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan tapi slinder pendek. Kehidupan
berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan lingkungan bentuk-bentuk hewan
yang sekarang berevolusi. Tentang asal-usul manusia, Anaximander mengatakan
bahwa pada mulanya manusia itu dilahirkan dari hewan-hewan spesies lain.
Menurutnya hewan-hewan lain dapat cepat menemukan makan sendiri, tetapi manusia
membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi dewasa. Tapi dia tidak menjelsakan
manusia dapat hidup dalam tahap transisi.
Jadi,
doktrin Anaximander merupakan suatu langkah maju disbanding Thales, dia tidak
menunjuk unsur tertentu, tapi konsep to
operion, yakni substansi yang tak terbatas.
3. Anaxsimenes
(588-524b SM)
Menurut
Anaxsimenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Kesimpulan ini mungkin
sekali di dasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa hidup jika ia bernafas.
Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “sebagaimana halnya jiwa kita, yakni
udara, memeprsatukan kita, demikian juga nafas dan udara merngkul seluruh dunia”
kata Anaxsimenes. Jadi, udara adalah prinsip dasar dari dunia.
Yang
patut dicatat dari teorinya adalah usahanya untuk menemukan semua kualitas pada
kuantitas. Anaxsimenes juga mengatakan bahwa kalau kita bernafas dengan mulut
terbuka, udara panas. Sebaliknya jika kita bernafas dengan mulut tertutup,
udara dingin. Menurut ekperimen modern, apa yang dikatakannya memang benar dan
dapat dibuktikan.
4. Phythagoras
(580-500 SM)
Dengan
berakhirnya pembicaraan tentak anaximenes, berakhir pula pemebahsan tentang filsuf
dari Militus. Dengan Phythagoras, kita akan memasuki ciri lain dari filsafat.
Phythagoras mengajarkan bahwa bilanagan adalah ajaran yang paling penting. Tapi
di pihak lain filsafat methematico-matefisika ini sangat sulit dipahami. Yang
pasti Phythagoras dan para pengikutnya sangat terobsesi dengan matematika.
Sampai-sampai dikatakan bahwa Tuhan itu seseorang yang ahli matematika.
Menurut
Phythagoras prinsip dasar dari segala-galanya adalah matematika. Semua benda
dapat dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal dengan
angka-angaka, mereka terpesona dengan kenyataan bahwa interval-interval music
antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numeric. Seprti halnya harmoni
music bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga bergantung pada
angka. Bahkan menurut Phythagoras, benda-benda adalah angka-angka (things are numbers).
5. Xenophenes
(570-480 SM)
Xenophenes bukanya
seorang filsuf tapi ia adalah seorang yang berfikir kritis. Dia lahir di
Kolophon. Asia Kecil. Ketika kota kelahirannya itru direbut oleh Persia tahun
545, Xenophenes melrikan diri dan untuk beberapa waktu lamanya tinanzggal di
Messina dan Kattana pulau Sisilia. Xenophenes menolak anthropomorfisme
allah-allah. Dengan kata lain ia berpendapat bahwa allah bersifat kekal. Dia
menolak anggapan bahwa allah dilahirkan. Maka dapat disimpulkan bahwa menurut
dia allah tidak mempunyai permulaan.
6. Heracleitos
(540-475 SM)
Heracleitos
dengan ajarannya : panta rei yang
artinya segala sesuatu mengalir (all
things are in a state of flux). Tapi kata Coppleston, ucapan ini tidak
mewakili inti pemeikiran filosofisnya, meski memang mewakili satu aspek yang
penting dari ajarannya. .
Heracleitos ju7ga mengajarkan konsep unity in diversity, difference in unity (kesatuan
dalam keragaman, perbedaan dalam kesatuan). Dengan kata lain ia mengajrakan
tentang kesatuan dari yang satu. Ajaran ini pada prinsipnya berbeda dengan yang
diajarkan oleh Anaxsimander.
Anaxsimander
mengatakan bahwa hal-hal yang beroposisi saling membentur, maka timbul ketidakadilan.
Perang antar hal-hal yang berlawanan sebagai suatu yang seharusnya tak boleh
ada, sesuatu yang menodai kesucian yang satu. Sebaliknya Heracleitos mangatakan
bahwa konflik dari hal-hal yang beroposisi justru sangat esensial bagi yang
satu. Artinya bahwa realitas adalah yang satu. Tapi pada yang sama banyak. Itu
bukan suatu yang aksidentil, tapi esensial.
Keenam tokoh di atas merupakan
filsuf-filsuf yang yang hidup sebelum masa sokretes, namun ada beberapa para
filsu lain yang hidup pada masa itu yakni Parmides dan Melissus, zeno,
Empledoches, Anaxsagoros, Leucippus dari Militus dan Demokritos dari Abdera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar