Minggu, 04 Desember 2016

Bidang Telaah Filsafat



 Bidang Telaah Filsafat
Filsafat menelaah segala masalah yang mungkin selalu dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai printis ilmu baru, filsafat mempermasalahkan hal-hal yang pokok. Jika sudah terjawab masalah yang satu, maka filsafat pun mulai merambah kepada pertanyaan-pertanyaan yang lain. Seperti halnya  permasalahan yang dikaji filsafat seperti berikut :  
1.     What is a man ?
2.     What is ?
3.      What ?
Maksud pertanyaan diatas adalah, bahwa dalam hal ini terdapat 3 tahapan untuk menyikapi permasalahan-permasalahan tersebut, yakni :
·        Tahap Pertama
Pada tahap pertama, filsafat mempersoalkan “siapakah manusia itu?”. Tahap ini dapat dihubungkan dengan segenap pemikiran ahli-ahli filsafat sejak zaman Yunani Kuno sampai sekarang yang tidak pernah selesai mempermasalahkan makhluk yang satu ini. tanpa kita sadari, bahwa tiap ilmu, terutama ilmu-ilmu sosial (social sciences), mempunyai asumsi tertentu tentang manusia yang menjadi peran utama dalam kajian keilmuannya. Mungkin ada baiknya jika kita mengambil contoh yang sedikit berdekatan, yitu ilmu ekonomi dan manajemen. Kedua ilmu ini mempunyai asumsi yang berbeda-beda tentang manusia.
Asumsi menurut ilmu ekonomi bahwa manusia adalah makhluk ekonomi, yang bertujuan mencari kenikmatan sebesar-besarnya dan menjauhi ketidaknyamanan sebisa mungkin. Dia adalah makhluk hedonis yang tak pernah merasa cukup. Atau dalam proposisi ilmiahnya : mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya. Sedangkan ilmu manajemen, mempunyai asumsi yang berbeda tentang manusia. Karena bidang telaahan ilmu manajemen, lain halnya dengan ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi, bertujuan menelaah hubungan manusia dengan barang atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan ilmu manajemen, bertujuan untuk menelaah tentang "kerja sama" antar sesama manusia, untuk mencapai suatu tujuan yang disetujui bersama (atau dengan kata lain, musyawarah untuk mufakat).
Mengkaji permasalahan-permasalahan manajemen dengan asumsi manusia dalam kegiatan ekonomis, bisa menyebabkan timbulnya kekacauan dalam analisis yang bersifat akademik. Demikian juga, mengkaji permasalahan-permasalahan ekonomi dengan asumsi yang lain di luar makhluk ekonomi (katakanlah makhluk sosial, seperti asumsi dalam manajemen), bisa menjadikan ilmu ekonomi menjadi moral terapan, mundur sekian ratus tahun ke Abad Pertengahan. "....The right (assumption of) man on the right place....". Mungkin kalimat ini perlu kita gantung di tiap-tiap pintu masing-masing disiplin keilmuan.
·        Tahap Kedua
Tahap yang kedua ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkisar tentang ada (wujud), tentang hidup, dan tentang eksistensi manusia. Apakah hidup ini sebenarnya ? Ataukah hidup ini sama sekali tidak masuk akal, arah tanpa bentuk, bagaikan amoeba yang berzig-zag ? atau apakah nasib itu sama ? Atau barangkali suatu maksud ?
Ketika 2 abad berselang setelah Bruder Juniper menciptakan sastra klasiknya, yakni The Bridge of San Luis Rey yang sangat termasyhur itu, satu-satunya jembatan yang paling indah di seluruh Peru ambruk, hingga melemparkan 5 orang ke dalam jurang yang sangat dalam itu. Adalah hal yang sangat sulit untuk mengetahui kehendak Tuhan, namun sama sekali tidak berarti bahwa hal ini tidak akan pernah bisa kita ketahui, dan mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah berpihak kepada kita, hingga mengatakan bahwa Tuhan terhadap kita adalah bagaikan lalat yang dibunuh kanak-kanak pada suatu hari di musim panas. Dengan nasib jadi algojo yang kejam;
Namun demikian, jika kita ingin mengkaji permasalahan-permasalahan semacam itu; baik tentang genetika, social engineering, atau bahkan bayi tabung; maka asas-asasnya tidak terdapat dalam ruang lingkup teori-teori ilmiah. Kita harus berpaling kepada filsafat (bukan berpaling dari filsafat), kemudian memilih-milih landasan moral; apakah suatu kegiatan ilmiah secara etis dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.
·        Tahap Ketiga
Pada tahap yang ketiga ini skenarionya bermula pada suatu pertemuan ilmiah "tingkat tinggi". Filsuf kelahiran Austria, yakni Ludwig Josef Johann Wittgenstein, menurutnya Tugas utama filsafat bukanlah sekedar menghasilkan sesusun pernyataan filsafati, tetapi juga menyatakan sebuah pernyataan sejelas mungkin. Masalah filsafat sebenarnya adalah masalah bahasa". Nah, dengan demikian maka epistemologi dan bahasa merupakan gumulan utama para filsuf dalam tahap ini. Bahasa, yang secara filsafati bukan cuma merupakan ilmu, melainkan sebagai bahasa non-verbal. Adalah merupakan pokok pengkajian filsafat sejak abad 20an.
Sumber  Anonym, Apa Saja Bidang Telaah Filsafat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar