Filosofi
Udara
Udara
adalah elemen berbentuk gas hampa. Umumnya, komponen udara adalah oksigen dan
karbondioksida. Udara merupakan media pengantar unsur-unsur yang lain, seperti
suara, cahaya, gerak, dsb. Adapun pengertian lain dari Udara adalah bagian terluar
Bumi yang berdampingan dengan elemen tanah dan air. udara juga dibutuhkan api
untuk dapat terus menghidupkannya atau mematikannya. Udara juga tidak selalu
dibutuhkan oleh laut yang dalam dan jumlahnya juga tidak banyak di dataran yang
terlampau tinggi. di Bumi Udara yang mengalir disebut angin. tanpa adanya angin
tidak ada awan dan hujan. Dan udara didalam tubuh manusia disebut Nafas.
Dalam
filosofi Jepang, udara melambangkan kehampaan, kekuatan, kreativitas, dan
spontanitas. Udara juga merupakan media pengantar cahaya dan suara. Hasil
daripada itu adalah kilatan listrik berupa petir. Udara juga memiliki banyak
manfaat, diantaranya adalah pelapukan benda. Tanpa udara benda tidak akan
memiliki berat, manusia juga tidak dapat bernafas, serta mahkluk hidup lainnya
juga tak mampu bertahan hidup.
Udara
bersifat fleksibel; dapat berteman dengan siapa saja, namun juga dapat menjadi
musuh bagi siapa saja. Manusia yang memiliki element ini cenderung berjiwa
bebas, pandai, dan imajinatif. Mereka berkepribadian lebih hangat daripada air
dan lebih bersahabat dibanding tanah. Namun mereka juga terkadang lebih licik
daripada api.
Udara
(Angin), bagi sifat manusia mungkin seperti ke-Ego-an. Terkadang ketika kita
sudah menemukan kebenaran dan kita harus melaksanakannya, di tengah perjalanan
kita tidak konsisten dan lalai dari tujuan awal. Layaknya angin, ketika angin
berhembus kencang maka ia akan hembuskan tekanan yang tinggi, namun ketika
angin itu semilir, tekanan itu akan rendah. Dan juga terkadang angin tidak selalu
konsisten akan arah dan tujuannya, sekarang ke arah barat, bisa jadi besok ke
arah sebaliknya, timur. Mungkin inilah tantangan konsistensi dalam menjalani
kehidupan ini, Ke-Ego-an mirip seperti nafsu, ia juga kadang lepas kendali.
Kita sudah menggunakan akal kita, namun Ego/Aku berkata lain, maka percuma
saja. Ego identik dengan rasa/harga diri, ke-Aku-an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar