Sabtu, 10 Desember 2016

DIMENSI ONTOLOGIS ILMU



DIMENSI ONTOLOGIS ILMU

1.      Beberapa Tafsiran Metafisika
Ontologi  merupakan  cabang  dari  metafisika  yang  membicarakan eksistensi dan ragam-ragam dari suatu kenyataan. Ada beberapa tafsiran tentang  kenyataan  diantaranya  adalah  supernaturalisme  dan naturalisme.  Menurut  supernaturalisme,  bahwa  terdapat  wujud-wujud yang bersifat gaib (supernatural) dan  wujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih  kuasa  dibanding  wujud  alam  yang  nyata.  Animisme,  pandangan yang  menyatakan  bahwa  terdapat  roh-roh  yang  bersifat  gaib,  yang terdapat  dalam  benda-benda  tertentu,  seperti  batu,  gua,  keris,  dst., merupakan kepercayaan yang didasarkan supernaturalisme.
Ada pandangan yang bertolak  belakang  dengan  supernaturalisme. Pandangan  ini  dikenal  dengan  naturalisme.  Materialisme,   merupakan paham  yang  berdasarkan  naturalisme,  mengganggap  bahwa  gejalagejala  alam  tidak  disebabkan  oleh  pengaruh  kekuatan gaib  tetapi  oleh kekuatan  yang  terdapat  dalam  itu  sendiri,  yang  dapat  dipelajari  dan dengan demikian dapat diketahui. Tokoh yang dipandang sebagai pioner materialisme adalah Democritos (460-370 SM).
2.      Hakikat Ilmu
Berbicara  tentang  ilmu  tidak  bisa  terlepas  dari  pembicaraan  tentang pengetahuan  karena  keduanya  berhubungan  erat. Ada beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan pengetahuan dan sekaligus ilmu. Pertanyaan-pertanyaan berikut merupakan beberapa contoh.  Apakah yang dimaksud dengan ilmu?  Samakah pengetahuan dengan pengetahuan? Bila keduanya berbeda, perbedaannya bagaimana?
Pengetahuan, yang dalam  bahasa  Inggris  dinyatakan  dengan knowledge,menurut Jujun S. (2005 : 104), pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya  adalah  ilmu,  jadi  ilmu  merupakan  bagian  dari  pengetahuan yang  diketahui  oleh  manusia  di  samping  berbagai  pengetahuan  lainnya seperti seni dan agama. Ilmu, menurut pendapat di atas, menunjuk pada terminologi yang bersifat khusus, yang merupakan bagian dari pengetahuan. Pengertian  ilmu  dan  perbedaannya  dengan  pengetahuan nampak lebih  jelas  sebagaimana  dinyatakan  oleh   Ketut  Rinjin.  Menurut Rinjin (1997: 57-58), ilmu merupakan keseluruhan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan logis dan bukanlah sekadar kumpulan fakta, tetapi pengetahuan yang mempersyaratkan objek, metoda, teori, hukum, atau prinsip.
Ilmu,  yang  dalam  bahasa   Inggris  dinyatkan  dengan  science,  bukan sekadar  kumpulan  fakta,  meskipun  di  dalamnya  juga  terdapat  berbagai fakta. Selain fakta, di dalam ilmu juga terdapat teori, hukum, prinsip, dst., yang diperoleh melalui prosedur tertentu  yaitu  metoda  ilmiah.  Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metoda ilmiah (Jujun S., 2005: 119). Sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa cara,  yaitu  pengalaman,  intuisi,  pendapat  otoritas, penemuan  secara kebetulan dan coba-coba (trial and error) maupun penalaran.
 Ada paradigma baru  yang  memandang  ilmu  bukan  hanya  sebagai produk. The Liang Gie (1991 : 90), setelah mengkaji berbagai pendapat tentang ilmu, menyatakan bahwa ilmu dapat dipandang sebagai proses, prosedur,  dan  produk.  Sebagai proses, ilmu  terwujud dalam  aktivitas penelitian. Sebagai prosedur, ilmu tidak lain adalah metoda ilmiah. Dan sebagai  produk,  ilmu  merupakan  pengetahuan  yang  tersusun  secara sistematis.
Ketiga  dimensi  ilmu  tersebut  merupakan  kesatuan  logis  yang  harus ada secara berurutan. Ilmu harus  diusahakan dengan  aktivitas tertentu, yaitu  penelitian  ilmiah.  Aktivitas  tersebut  harus  dilaksanakan  dengan metoda  ilmiah  yang  diharapkan  menghasilkan  pengetahuan  ilmiah.
Masing-masing dimensi tersebut memiliki karakteristik tertertentu. Ilmu sebagai  aktivitas  merupakan  langkah-langkah  yang  bersifat  rasional, kognitif, dan teleologis (The Liang Gie, 1991: 108). Ilmu sebagai metoda ilmiah  memiliki unsur-unsur pola prosedural, tata langkah,  teknik-teknik, dan instrumen-instrumen tertentu (The Liang Gie, 1991 : 118).
Pendapat  The  Liang  Gie  tentang  hakikat  ilmu  kemudian  kemudia dirumuskan  sebagai  berikut.  Ilmu  adalah  rangkaian  aktivitas  manusia yang  rasional  dan  kognitif  dengan  berbagai  metoda  berupa  aneka prosedur  dan  tata  langkah  sehingga  menghjasilkan  kumpulan pengetahuan  yang  sistematis  mengenai  gejala-gejala  kealaman, kemasyarakatan,  atau  keorangan  untuk  tujuan  mencapai  kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan (The Liang Gie, 1991 : 130).

 3.      Objek Ilmu
  Ilmu  memulai  penjelajahannya  pada pengalaman  manusia  dan  berhenti  di  batas  pengalaman manusia. Ilmu tidak berbicara tentang sesuatu yang berada di luar lingkup pengalaman manusia, seperti surga, neraka, roh, dan seterusnya. Mengapa  ilmu  hanya  mempelajari  hal-hal  yang  berada  dalam jangkauan pengalaman manusia? Jawaban dapat diberikan berdasarkan fungsi ilmu, yaitu deskriptif, prediktif, dan pengendalian.
 Fungsi  dekriptif  adalah  fungsi  ilmu  dalam  menggambarkan  objeknya secara jelas, lengkap, dan terperinci. Fungsi prediktif  merupakan fungsi ilmu dalam membuat perkiraan tentang apa yang akan  terjadi berkenaan dengan objek telaahannya. Dan fungsi Pengendalian merupakan fungsi ilmu  dalam  menjauhkan  atau  menghindar  dari  hal-hal  yang  tidak diharapkan  serta  mengarahkan  pada  hal-hal  yang  diharapkan.  Fungsi-fungsi  tersebut  hanya  bisa  dilakukan  bila  yang  dipelajari  berupa  ilmu dunia nyata atau dunia yang dapat dijangkau oleh pengalaman manusia.
Objek setiap ilmu dibedakan menjadi dua: objek material dan objek formal. Objek material adalah fenomena di dunia iniyang ditelaah ilmu. Sedangkan  objek  formal  adalah  pusat  perhatian  ilmuwan  dalam penelaahan  objek  material.  Atau  dengan  kata  lain,  objek  formal merupakan kajian terhadap objek material atas dasartinjauan atau sudut pandang tertentu.
4.      Struktur Ilmu
Ilmu  sebagai  produk  merupakan  suatu  sistem  pengetahuan  yang  di dalamnya berisi penjelasan-penjelasan tentang berbagai fenomena yang menjadi  objek  kajiannya.  Dengan  demikian  ilmu  terdiri  dari  komponen-komponen yang saling berhubungan. Saling hubungan di antara berbagai komponen tersebut merupakan struktur dari pengetahuan ilmiah. Menurut  The  Liang  Gie  (1991  :  139)  sistem  pengetahuan  ilmiah mencakup lima kelompok unsur, yaitu : a. jenis-jenis sasaran, b. bentukbentuk  pernyataan,  c.  ragam-ragam  proposisi,  d.  ciri-ciri  pokok,  dan  e. pembagian sistematis.
a.       Jenis-jenis sasaran
 Setiap ilmu memiliki objek yang terdiri dari dua macam, yaitu objek material  dan  objek  formal.  Objek  material  adalah  fenomena  di  dunia ini  yang  menjadi  bahan  kajian  ilmu,  sedangkan  objek formal  adalah pusat  perhatian  ilmuwan  dalam  mengkaji  objek  material.  Objek material suatu ilmu dapat dan boleh sama dengan objek material ilmu yang lain.  Tetapi objek  formalnya  tidak  akan  sama.  Bila  objek formarnya  sama  maka  sebenarnya  mereka  merupakan  ilmu  yang sama tetapi diberi sebutan berbeda.
 Ada bermacam-macam  fenomena  yang  ditelaah  ilmu.  Dari  bermacam-macam  fenomena  tersebut  The  Liang  Gie  (1991  :  141) telah  mengidentifikasi  6  macam  fenomena  yang  menjadi  objek material ilmu, yaitu :
1)  ide abstrak
2)  benda fisik
3)  jasad hidup
4)  gejala rohani
5)  peristiwa sosial
6)  proses tanda
b.       Bentuk-bentuk pernyataan
Berbagai  fenomena  yang  dipelajari  ilmu  tersebut  selanjutnya dijelaskan ilmu melalui pernyataan-pernyataan. Kumpulan pernyataan yang  merupakan  penjelasan  ilmiah  terdiri  dari  empat bentuk  (The Liang  Gie,  1991  :  142-143),  yaitu  :  deskripsi,  preskripsi,  eksposisi pola, dan rekonstruksi historis.
1)      Deskripsi
Deskripsi  adalah  pernyataan  yang  bersifat  menggambarkan tentang bentuk, susunan, peranan, dan hal-hal rincilainnya dari fenomena  yang  dipelajari  ilmu.   Pernyataan  dengan  bentuk deskripsi terdapat antara lain dalam ilmu anatomi dan geografi.
2)      Preskripsi
Preskripsi  merupakan  bentuk  pernyataan  yang  bersifat preskriptif,  yaitu  berupa  petunjuk-petunjuk  atau  ketentuanketentuan  mengenai  apa  yang  perlu  berlangsung  atau sebaiknya  dilakukan  berkenaan  dengan  ojkek  formal  ilmu. Preskripsi dapat dijumpai antara lain dalam ilmu pendidikan dan psikologi pendidikan.
3)      Eksposisi Pola
Bentuk  ini  merangkum  pernyataan-pernyataan  yang memaparkan  pola-pola  dalam  sekumpulan  sifat,  ciri, kecenderungan,  atau  proses  lainnya  dari  fenomena  yang  ditelaah.  Pernyataan  semacam  ini  dapat  dijumpai  antara  lain pada antropologi.
4)      Rekonstruksi Historis
Rekonstruksi  historis  merupakan  pernyataan  yang  berusaha menggambarkan atau menceritakan sesuatu secara kronologis. Pernyataan  semacam  ini  terdapat  pada  historiografi  dan paleontologi.
c.        Ragam-ragam proposisi
Selain bentuk-bentuk pernyataan seperti di atas, ilmu juga memiliki ragam-ragam  proposisi,  yaitu  azas  ilmiah,  kaidah  ilmiah,  dan  teori ilmiah. Ketiga ragam proposisi tersebut dijelaskan seperti berikut ini.
1)      Azas ilmiah
Azas  atau  prinsip  ilmiah  adalah  sebuah  proposisi  yang mengandung  kebenaran  umum  berdasarkan  fakta-fakta  yang telah diamati.
2)      Kaidah ilmiah
Suatu  kaidah  atau  hukum  dalam  pengetahuan  ilmiah  adalah sebuah  proposisi  yang  mengungkapkan  keajegan  atau hubungan tertib yang dapat diuji kebenarannya
3)      Teori ilmiah
Yan  dimaksud  dengan  teori  ilmiah  adalah  sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis berkenaan dengan penjelasan terhadap sejumlah fenomena. Teori ilmiah merupakan unsur yang sangat penting dalam ilmu. Bobot kualitas suatu ilmu terutama ditentukan oleh  teori ilmiah yang  dimilikinya.  Pentingnya  teori  ilmiah  dalam  illmu  dapat dijelaskan  dari  fungsi  atau  kegunaannya.  Fungsi  teori  ilmiah adalah :
a)      Sebagai  kerangka  pedoman,  bagan  sistematisasi,  atau sistem  acuan  dalam menyususn  data  maupun  pemikiran tentang  data  sehingga  tercapai  hubungan  yang logis diantara aneka data.
b)      Memberikan suatu skema  atau  rencana  sementara mengenai medan yang semula belum dipetakan sehingga terdapat suatu orientasi.
c)      Sebagai acuan dalam pengkajian suatu masalah.
d)      Sebagai dasar dalam merumuskan kerangka teoritis penelitian.
e)      Sebagai dasar dalam merumuskan hipotesis.
f)       Sebagai informasi untuk menetapkan cara pengujian hipotesis.
g)      Untuk  mendapatkan  informasi  histories  dan  perspektif perma-salahan yang akan diteliti.
h)      Memperkaya ide-ide baru.
i)        Untuk  mengetahui  siapa  saja  peneliti  lain  dan  pengguna di bidang yang sama.
d.       Ciri-ciri pokok ilmu
Ilmu  merupakan  pengetahuan  yang  memiliki  karakteristik  tertentu sehingga  dapat  dibedakan  dengan  pengetahuan-pengetahuan  yang lain. Adapun ciri-ciri pokok ilmu adalah sebagi berikut.
1)      Sistematisasi
Sistematisasi memiliki arti bahwa pengetahuan ilmiah tersusun sebagai  suatu  sistem  yang  di  dalamnya  terdapat  pernyataanpernyataan yang berhubungan secara fungsional.
2)      Keumuman (generality)
Ciri  keumuman  menunjuk  pada  kualitas  pengetahuan  ilmiah untuk  merangkum  berbagai  fenomena  yang  senantiasa  makin luas  dengan  penentuan  konsep-konsep  yang  paling  umum dalam pembahasannya.
3)      Rasionalitas
Ciri rasionalitas berarti bahwa ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber  pada  pemikiran  rasional  yang  mematuhi  kaidahkaidah logika.
4)      Objektivitas
 Ciri objektivitas ilmu menunjuk pada keharusan untuk bersikap objektif  dalam  mengkaji  suatu  kebenaran  ilmiah  tanpa melibatkan  unsur  emosi  dan  kesukaan  atau  kepentingan pribadi.
5)      Verifiabilitas
Verifiabilitas  berarti  bahwa  pengetahuan  ilmiah  harus  dapat diperiksa  kebenarannya,  diteliti  kembali,  atau  diuji  ulang  oleh masyarakat ilmuwan.
6)      Komunalitas
 Ciri komunalitas ilmu mengandung arti bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik umum (public knowledge). Itu berarti hasil penelitian yang kemudian menjadi khasanah dunia keilmuan tidak akan disimpan atau  disembunyikan  untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu.
e.       Pembagian sistematis
Pengetahuan ilmiah senantiasa mengalami perkembangan seiring dengan  semakin  banyaknya  jumlah  ilmuwan  dan  juga  semakin luasnya  peluang  untuk melakukan  penelitian.  Perkembangan  ilmu antara  lain  ditandai  dengan  lahirnya  bermacam-macam aliran  dan terutama  cabang.  Untuk  memudahkan  memperoleh  pemahaman mengenai  bermacam-macam  aliran  dan  cabang  tersebut  diperlukan pembagian sistematis. Gambaran  tentang  ilmu  yang  secara  struktural  terdiri  dari jenis-jenis sasaran, bentuk-bentuk pernyataan, ragam-ragam proposisi, ciriciri pokok, dan pembagian sistematis sebagaimana dijelaskan di atas
Sumber Kuntjojo. 2014. Filsafat Ilmu (ebook). Diperoleh dari http://dakekito.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar