Sarana Berfikir
Ilmiah dalam Filsafat
Kegiatan
berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan
upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan berfikir
dengan langkah–langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan
hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Dari
semua langkah–langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung
dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah
yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.
Berfikir
ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal,
dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah
proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak
pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada
sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal
yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di
dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau
kasus-kasus yang bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di
dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan
yang bersifat umum.
Sarana
berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak
akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai
metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan
pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses
metode ilmiah.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
Sarana
berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmu.Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Berfikir merupakan
ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal.
Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan
berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan
kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah
pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus
disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta
menggunakan akalnya semaksimal mungkin
Seseorang
yang tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah
kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak
akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di
dunia. Banyak yang beranggapan bahwa untuk “berpikir secara mendalam”,
seseorang perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri
di sebuah ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada.
Sungguh, mereka telah menganggap “berpikir secara mendalam” sebagai sesuatu
yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini
hanyalah untuk kalangan “filosof”. Bagi seorang ilmuan penguasaan sarana
berfikir ilmiah merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan
sarana ilmiah, maka tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah
dengan berbagai langkah yang harus ditempuh.
Sarana
berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : bahasa ilmiah, logika dan
matematika, logika dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah.
Logika dan matematika mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif
sehingga mudah diikuti dan mudah dilacak kembali kebenarannya. Sedang logika
dan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif dan mencari
konsep-konsep yang berlaku umum.
Tujuan
mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk
menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan
untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan
masalah kita sehari-hari. Sedangkan fungsi berfikir ilmiah, sebagai alat bantu
untuk mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam
hal ini berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk
mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.
Pada
hakikatnya sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah
tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka
sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini kita harus dapat
menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah berfikir tersebut.
Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia dikaruniai kemampuan untuk
mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui pengetahuan, manusia dapat
mengatasi kendala dan kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.
Karenanya
tidak salah jika Tuhan menyatakan manusialah yang memiliki peran sebagai wakil.
Tuhan dibumi, melalui penciptaan kebudayaan. Proses penciptaaan kebudayaan dan
pengetahuan yang didapatkan oleh manusia di mulai dari sebuah proses yang
paling dasar, yakni kemampuan manusia untuk berfikir. Meskipun sebenarnya hewan
memiliki kemampuan yang sama dengan manusia dalam hal berfikir, tetapi makhluk
yang terakhir hanya dapat berfikir dengan kemampuan terbatas pada instink dan
demi kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan hewan, manusia dalam proses berfikir
melampaui diri dan kelangsungan hidupnya, bahkan hingga menghadirkan kebudayaan
dan peradaban yang menakjubkan. Sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat dilakukan
oleh makhluk Tuhan yang lain.
Uraian
mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan
bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasar dari pengetahuan
manusia. kita membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan
non-ilmiah. Hanya saja, pemahaman kita tentang berfikir ilmiah belum dapat
disebut benar. Perbedaan berfikir ilmiah dari berfikir non-ilmiah memiliki
perbedaan dalam dua faktor mendasar yaitu:
a. Sumber
pengetahuan
Berfikir
ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia,
sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber
pengetahuan pada perasaan manusia.
b. Ukuran
kebenaran
Berfikir
ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu
pengetahuan, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan
kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan semata.
Berfikir
merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut juga sebagai proses
bekerjanya akal. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir
alamiah dan berfikir ilmiah. Adapun salah satu pendapat dari para ahli
mendefinisikan atau berpendapat bahwa berfikir ilmiah adalah berfikir yang
logis dan empiris. Logis masuk akal, empiris dibahas secara mendalam
berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan . Sarana berfikir ilmiah
pada dasarnya ada tiga (3) yaitu: Bahasa sebagai sarana berfikir ilmiah,
Matematika sebagai sarana berfikir ilmiah,dan Statistika sebagai sarana befikir
ilmiah.
Bahasa
ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran
seluruh proses berfikir ilmiah. Matematika mempunyai peranan penting dalam
berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah dilacak kembali
kebenarannya. Sedangkan Statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir
induktif dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum. Ketiga hal ini akan saya
uraikan di tulisan saya berikutnya.
Sumber, Burhanudin, Afid. 2013. Sarana Berfikir Ilmiah
Dalam Filsafat. Diperoleh dari https://afidburhanuddin.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar