Filsafat Barat Masa Patristik
Patristik berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari pater)
yang berarti bapak-bapak. Yang dimaksud dalam hal ini adalah para Pujangga
Gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat ng berperan sebagai pelatek dasar
intelektual kekristenan. Mereka khususnya mencurahkan perhatian pada
penegembangan teologi, tetapi dalam kegiatan tersebut mereka tidak dapat
menghindarkan diri dari wilayah kefeilsafatan.
Adapun tokoh-tokoh terpenting pada masa itu antara
lain Tetullius, Justinus, Clemens dari Alexandria, Origenes, merupakan tokoh
pemikir-pemikir pada masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilius,
Gregorius dari Nyssa, Dyonius Areopagita, dan Johanes Damascenus merupakan
tokoh-tokoh masa patristic Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyereonimus, dan
Agustinus adalah pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristic Latin.
Masa keemasanpatristik Yunani didorong, antara lain
oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar Constantinus Agung tahun 313 yang
menjamin kebabasan beragama bagi semua penganut Kristen. Pada abad-abad pertama
gereja mengalami ham,batan dan penganiyayan berkepanjangan oleh para penguasa
Romawi.
Agustinus adalah seorang punjangga Gereja dari
filsuf besar setelah melewati kehidupan pada masa yang hedonistis (ia mula-mula
menganut aliran Manisheisme), Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan
mendirikan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad
pertengahan. Dia adalah seorang teolog sekaligus filsuf, meskipun lebih
menonjol posisinya sebagai teolog. Bagi dia, filosafat tidak dapat di pisahkan
dari teolog.
Agustinus menentang aliran Skeptisme (aliran yang
meragukan kebenenaran). Menurut Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan
bukti bahwa ada kebenaran. Orang yang ragu-ragu, merupakan bukti bahwa dia
tidak ragu-ragu terhadap suatu hal. Orang ragu-ragu itu sebetulnya mereka
berpikir, dan siapa yang berpikir maka ia harus ada. Aku ragu-ragu maka aku
berpikir, dan aku berpikir maka aku ada.
Menurut Agustinus Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga
diikuti oleh Thomas Aquinas). Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya,
Allah tidak menggunakan bahan. Ajdi ebrbeda dengan konsep penciptaan yang
diajarkan Plato Bahwa me on merupakan
dasar atau materi segala sesuatu. Dunia di ciptakan sesuai dengan ide-ide Allah. Manusia dan dunia berpartisipasi
dengan ide-ide Illahi. Pada manusia partisipasi itu lebih aktif disbanding
dunia materi.
Filsafat Partistik mengalami kemunduran sejka abad V
hingga abad VIII. Di Barat dan Timur muncul tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir
baru dengan corak pemikiran yang mulia berbeda masa patristic.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar