Filsafat Post
Modern (Post Modern Philosophy)
Di
dalam literature filsafat, biasanya dibahas kajian tentang sejarah filsafat
yang terbagi menjadi tiga bahasan. Pertama, Filsafat Yunani Kuno (Ancient
Philosophy) yang didominasi Rasionalisme, kedua Filsafat Abad Tengah (Middle
Ages Philosophy), disebut juga The Dark Ages Philosophy (Filsafat Abad
Kegelapan), yang didominasi oleh pemikiran tokoh Kristen, ketiga Filsafat Modern
(Modern Philosophy) yang didominasi lagi oleh Rasionalisme. Akhir-akhir ini agaknya telah muncul babakan
keempat, yaitu Filsafat Pascamodern (Post Modern Philosophy).
Jika periode pertama didominasi rasio,
periode kedua didominasi pemikiran tokoh Kristen, periode ketiga didominasi
rasio lagi, maka pada periode keempat itu apa yang mendominasi? Pada intinya, filsafat Pascamodern (anak-anak
sering menyebutnya Posmo) mengkritik Filsafat Modern. Orang-orang Posmo
mengatakan Filsafat Modern itu harus didekonstruksi. Karena Filsafat Modern itu
didominasi Rasionalisme, maka yang didekonstruksi itu adalah Rasionalisme itu. Rasionalisme ialah paham filsafat yang
mengatakan akal itulah alat pencari dan pengukur kebenaran. Nah, paham itulah
yang didekonstruksi oleh Filsafat Posmo.
Sebenanrya, budaya Barat adalah budaya yang
secara keseluruhan dibangun berdasarkan Rasionalisme itu. Dan kata Capra, memang
hanya berdasarkan Rasionalisme. Pada tahun 1880-an Nietzsche telah menyatakan
bahwa budaya barat telah berada di pinggir jurang kehancuran, itu disebabkan
karena terlalu mendewakan rasio. Pada tahun 1990-an Capra menyatakan bahwa budaya
Barat itu telah hancur, itu disebabkan oleh terlalu mendewakan rasio. Sepertinya, tokoh-tokoh Filsafat Posmo itu
ingin menyelematkan budaya Barat. Menurut mereka budaya dapat diselamatkan bila
budaya Barat disusun ulang tidak hanya berdasarkan Rasionalisme.
Orang-orang
Posmo berpendapat bahwa sumber kebenaran tidak hanya rasio, ada sumber
kebenaran lain selain rasio. Agama, misalnya. Jika digunakan agama, maka
penggunaan rasio telah termasuk di dalamnya. Kayaknya ada baiknya budaya disusun berdasarkan
ajaran agama tetapi harus dipilih agama yang benar-benar berasal dari Tuhan
Yang Maha Pintar.
Sumber, Tafsir,
Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu. Bandung:
PT Remaja Bosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar