Rabu, 14 Desember 2016

Filsafat Cina

Filsafat Cina

Masa dinasti Zhou (122-255 SM) dikenal sebagai zaman kelasik kebudayaan Cina. Dan dapat dibandingkan dengan zaman emas kebudayaan Yunani. Seperti halnya kebudaayan klasik menjadi norma bagi kebudayaan Barat. Demikian juga bagi kebudayaan Zhou menjadi model bagi kebudayaan Cina.
Dimasa dinasti Zhou ini, khususnya periode abad ke 6 hingga abad 3 SM berkembanglah filsafat Cina kuno, yang melahirkan apa yang dinamakan  Seratus Mazhab Filsafat. Masa dinasti Zhou merupakan puncak kegiatan inteltual, sosial dan politik  di Cina.  Dimasa itu segala peranata dan konveksi yang mapan digugat dan di kritik. Dari gugatan dan kritikan-kritikan itulah lahirlah filsafat. Orang dikatan berfilsafat ketika ia merasa bahwa dunia tidak seperti yang diidamkannya.
Semua filsuf besar dari diansti Zhou berusah memecahkan kekalutan sosial dan politik yang terjadi waktu itu. Cara pemecahan yang diajukanpun oleh para filsuf itu tidak sama. Maka munculah aneka aliran pemikiran dan system filsafat di Cina.
Adapun dalam segi ciri-cirinya filsafat cina mempunyai ciri sebagai berikut:
1)   Berkaitan dengan satra. Kesusastraan dan tulisan filsafat Cina lahir pada waktu bersamaan, yakni abad 9 hingga abad 8 SM. Di Cina menjadi orang berbudaya berarti menjadi orang terpelajar dengan filsafat sebagai bagian utamanya. Kebanyakan penulis prosa sering menganggap dirinya sebagai filsuf dan berusaha menyumbang sesuatu untuk mengetahuinya, sebaliknya para filsuf Cina juga menjadi sastrawan. Meraka menulis hasil karyanya dalam betuk sastra Cina, begitupun sebaliknya. Sehingga ciri ini yang membedekan Filsafat Barat dan Filsafat Timur.
2)      Lebih antroposentaris filsafat Barat dan Filsafat India
3)    Lebih pragmatis, selalu mengajarkan bagaimana orang harus bertindak demi keseimbangan antara dunia dan surge.
Periodisasi Filsafat Cina dibagi dalam empat periode besar, yakni zaman Klasik, zaman Neo-Teonisme dan Budhisme, zaman Konfusianisme, dan zaman Modern. Berikut akan di jelasakan tentang periode-periode tersebut:
a)      Zaman Klasik (600-200 SM)
Pada zaman ini, khususnya semua dinasti zhou, lahir dan berkembanglah filsafat Cina kuno, dimana pada masa ini terlahir Seratus Madzab Filsafat, yang mengajarkan ajaran yang berbeda satu sama lain. Seratus Madzab ini biasanya dikelompokan kedalam enam aliran besar yakni, aliran Taois (Taoisme), aliran Ru (Konfusianesme), aliran Mohis (Mohisme), aliran Fa (Legalisme), aliran Yin-Yang (okultisme), dan aliran Nama-nama (sofisme).
b)      Zaman Neo-Toisme dan Budhisme (200 SM-1000 M)
Pada abad ini Cina disusupi oleh unsur-unsur kebudayaan asing. Buddhisme dari India, setelah bercampur dengan  Toisme Cina, berkembang subur dan membayang-bayangi Konfusianisme. Dalam hal ini ada perbedaan anatara ungkapan Budhhisme India dan Buddhisme di Cina. Ungkapan yang ke dua menunjukan Buddhisme yang terkait dengan  tradisi India tidak berperan besar dalam perkembangan filsafat Cina. Karena Cina diwakili Aliran Idealisme Subyektif atau XAiang Zong (aliran Vijnavada). Sedangkan ungkapan pertama adalah bentuk Buddhhisme yang dekat dengan pemikiran Cina. Aliran ii diwakili oleh Aliran Jalan Tengah, atau Sanlong Zong (Aliran Madyamika).
Jadi, channisme adalah sintesa antara unsur-unsur Buddhisme India dengan Toisme, oleh karena itu dinamkanlah Neo-Toisme. Disisni, Tao dibandingkan dengan Nirwana dari ajaran Buddhisme. Dan para pengikutnya berusaha untuk melalui meditasi, mengidentifikasi budi individu dengan budi semesta. Sehingga lewat kegiatan meditasi atau diam diri dicapai kesatuan antara keduannya.
c)      Zaman Neo-Konfusianisme (1000-1900)
Neo-Konfusianisme merupakan ringkasan atau revisi dari etika, moral dan kepercayaan masa lampau dan tetap berpegang pada semangat zaman itu,  Neo-Konusianisme memuat prinsip-prinsip  Konfusianisme dalam bentuk baru, dicampur unsur Buddhisme. Sebagaimana halnya Sintesha Buddisme dan Toisme menghasilkan Chanisme, maka Konfusianisme berinteraksi dengan Buddisme menghasilkan Neo-Konfusianisme (Li-isme).
Budhisme menganggap kehidupan ini adalah laut kepahitan. Hidup ini bvagaikan mimpi, tidak nyata. Buddhisme mengembangkan filsafat tentang Dunisini. Mereka menyibukan diri dengan hubungan antar manusia dan kebijakan manusia, tidak peduli dengan persoalan rumit tentang ontology dan adikodrati.
Sedangkan Neo-Konfusiannisme menggabungkan kedua pandangan itu. Neo-Konfusianisme berusaha membuat yang Ilahi menjadi yang manusiawi, dan yang manusiawi menjadi yang Ilahi, sibuk dnegan urusan dunia, tetapi mengunakan hal-hal kodrati.
Pusat filsafat Neo-Konfusianisme adalah Li (pikir), yang dinakmakan Tao dalam Toisme.
d)      Zaman Modern (1900-sekarang)
Dalam sejarah Cina, peride dinasti Maszhu (1644-1911) dan pemerintahan Republik (1911) ditandai skpeptisme. Semua peranta yang sudah mapan, perkawinan, keluarga, masyarakat, negara, hukum, dipertanyakan. Masa ini sering dibandingkan dengan zaman Renaissance di Eropa. Pada peride ini ada tiga tandensi daalam filsafat Cina, yakni :
a.       Pengaruh filsafat Barat
b.      Kecenderungan untuk kembali kepada filsafat pribumi
c.       Dominasi filsafat dan pemikiran Karl Marx, Lenin, dan Mao Tse Tung sejak tahun 1950.
Sumber, Massofa. 2011. Buku Pengantar Filsafat. Diperoleh dari  https://massofa.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar