Filsafat Cina
Masa
dinasti Zhou (122-255 SM) dikenal sebagai zaman kelasik kebudayaan Cina. Dan
dapat dibandingkan dengan zaman emas kebudayaan Yunani. Seperti halnya
kebudaayan klasik menjadi norma bagi kebudayaan Barat. Demikian juga bagi
kebudayaan Zhou menjadi model bagi kebudayaan Cina.
Dimasa
dinasti Zhou ini, khususnya periode abad ke 6 hingga abad 3 SM berkembanglah
filsafat Cina kuno, yang melahirkan apa yang dinamakan Seratus Mazhab Filsafat. Masa dinasti Zhou
merupakan puncak kegiatan inteltual, sosial dan politik di Cina.
Dimasa itu segala peranata dan konveksi yang mapan digugat dan di
kritik. Dari gugatan dan kritikan-kritikan itulah lahirlah filsafat. Orang dikatan
berfilsafat ketika ia merasa bahwa dunia tidak seperti yang diidamkannya.
Semua
filsuf besar dari diansti Zhou berusah memecahkan kekalutan sosial dan politik yang
terjadi waktu itu. Cara pemecahan yang diajukanpun oleh para filsuf itu tidak
sama. Maka munculah aneka aliran pemikiran dan system filsafat di Cina.
Adapun
dalam segi ciri-cirinya filsafat cina mempunyai ciri sebagai berikut:
1) Berkaitan
dengan satra. Kesusastraan dan tulisan filsafat Cina lahir pada waktu
bersamaan, yakni abad 9 hingga abad 8 SM. Di Cina menjadi orang berbudaya
berarti menjadi orang terpelajar dengan filsafat sebagai bagian utamanya.
Kebanyakan penulis prosa sering menganggap dirinya sebagai filsuf dan berusaha
menyumbang sesuatu untuk mengetahuinya, sebaliknya para filsuf Cina juga
menjadi sastrawan. Meraka menulis hasil karyanya dalam betuk sastra Cina,
begitupun sebaliknya. Sehingga ciri ini yang membedekan Filsafat Barat dan
Filsafat Timur.
2) Lebih
antroposentaris filsafat Barat dan Filsafat India
3) Lebih
pragmatis, selalu mengajarkan bagaimana orang harus bertindak demi keseimbangan
antara dunia dan surge.
Periodisasi Filsafat Cina dibagi dalam
empat periode besar, yakni zaman Klasik, zaman Neo-Teonisme dan Budhisme, zaman
Konfusianisme, dan zaman Modern. Berikut akan di jelasakan tentang
periode-periode tersebut:
a) Zaman
Klasik (600-200 SM)
Pada
zaman ini, khususnya semua dinasti zhou, lahir dan berkembanglah filsafat Cina
kuno, dimana pada masa ini terlahir Seratus Madzab Filsafat, yang mengajarkan
ajaran yang berbeda satu sama lain. Seratus Madzab ini biasanya dikelompokan
kedalam enam aliran besar yakni, aliran Taois (Taoisme), aliran Ru
(Konfusianesme), aliran Mohis (Mohisme), aliran Fa (Legalisme), aliran Yin-Yang
(okultisme), dan aliran Nama-nama (sofisme).
b) Zaman
Neo-Toisme dan Budhisme (200 SM-1000 M)
Pada
abad ini Cina disusupi oleh unsur-unsur kebudayaan asing. Buddhisme dari India,
setelah bercampur dengan Toisme Cina,
berkembang subur dan membayang-bayangi Konfusianisme. Dalam hal ini ada
perbedaan anatara ungkapan Budhhisme India dan Buddhisme di Cina. Ungkapan yang
ke dua menunjukan Buddhisme yang terkait dengan
tradisi India tidak berperan besar dalam perkembangan filsafat Cina.
Karena Cina diwakili Aliran Idealisme Subyektif atau XAiang Zong (aliran
Vijnavada). Sedangkan ungkapan pertama adalah bentuk Buddhhisme yang dekat
dengan pemikiran Cina. Aliran ii diwakili oleh Aliran Jalan Tengah, atau
Sanlong Zong (Aliran Madyamika).
Jadi,
channisme adalah sintesa antara unsur-unsur Buddhisme India dengan Toisme, oleh
karena itu dinamkanlah Neo-Toisme. Disisni, Tao dibandingkan dengan Nirwana dari
ajaran Buddhisme. Dan para pengikutnya berusaha untuk melalui meditasi,
mengidentifikasi budi individu dengan budi semesta. Sehingga lewat kegiatan
meditasi atau diam diri dicapai kesatuan antara keduannya.
c) Zaman
Neo-Konfusianisme (1000-1900)
Neo-Konfusianisme
merupakan ringkasan atau revisi dari etika, moral dan kepercayaan masa lampau
dan tetap berpegang pada semangat zaman itu,
Neo-Konusianisme memuat prinsip-prinsip
Konfusianisme dalam bentuk baru, dicampur unsur Buddhisme. Sebagaimana
halnya Sintesha Buddisme dan Toisme menghasilkan Chanisme, maka Konfusianisme
berinteraksi dengan Buddisme menghasilkan Neo-Konfusianisme (Li-isme).
Budhisme
menganggap kehidupan ini adalah laut kepahitan. Hidup ini bvagaikan mimpi,
tidak nyata. Buddhisme mengembangkan filsafat tentang Dunisini. Mereka
menyibukan diri dengan hubungan antar manusia dan kebijakan manusia, tidak
peduli dengan persoalan rumit tentang ontology dan adikodrati.
Sedangkan
Neo-Konfusiannisme menggabungkan kedua pandangan itu. Neo-Konfusianisme
berusaha membuat yang Ilahi menjadi yang manusiawi, dan yang manusiawi menjadi
yang Ilahi, sibuk dnegan urusan dunia, tetapi mengunakan hal-hal kodrati.
Pusat
filsafat Neo-Konfusianisme adalah Li (pikir), yang dinakmakan Tao dalam Toisme.
d) Zaman
Modern (1900-sekarang)
Dalam sejarah Cina,
peride dinasti Maszhu (1644-1911) dan pemerintahan Republik (1911) ditandai
skpeptisme. Semua peranta yang sudah mapan, perkawinan, keluarga, masyarakat,
negara, hukum, dipertanyakan. Masa ini sering dibandingkan dengan zaman
Renaissance di Eropa. Pada peride ini ada tiga tandensi daalam filsafat Cina,
yakni :
a. Pengaruh
filsafat Barat
b. Kecenderungan
untuk kembali kepada filsafat pribumi
c. Dominasi
filsafat dan pemikiran Karl Marx, Lenin, dan Mao Tse Tung sejak tahun 1950.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar