Aliran
Dalam Filsafat Matematika
Pada perkembangannya matematika melahirkan
tiga aliran dalam keterkaitan dengan filsafat. Pembagian ini berdasarkan sifat-sifat
dasar matematika. yaitu: logicism, formalisme dan Intuisionisme.
Aliran pemikiran ini tidak sepenuhnya dikembangkan sampai abad kedua
puluh, tapi Korner (1960) menunjukkan bahwa akar filosofis
mereka dapat ditelusuri kembali setidaknya sejauh Leibniz dan Kant.
A.
Logisme
Pelopor
aliran ini dikenal Betrand Arthur Russel. Ahli dari Inggris ini berpendapat
bahwa matematika secara murni hanya berupa logika deduktif. Sederhananya,
matematika secara murni merupakan bagian dari logika. Dalam hal ini matematika
dinyatakan sebagai bidang yang berada sama dengan logika, karena semua prinsip
matematika diturunkan dari logika. Keduanya berkaitan, matematika bersifat
logis dan logika bersifat matematis. Adapun yang dikemukakan oleh G. Leibniz. Memiliki
dua pernyataan penting yang dikemukakan di dalam aliran ini, yaitu:
a.
Semua konsep matematika secara mutlak
dapat disederhanakan pada konsep logika
b. Semua kebenaran matematika dapat
dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui penarikan kesimpulan secara logika
semata.
Tujuan
dari tuntutan ini jelas. Jika semua matematika dapat diekspresikan dalam
teorema logika murni dan dibuktikan dari prinsip-prinsip logika sendiri,
kemudian kepastian dari ilmu matematika dapat dikurangi untuk dan dari logika
itu. Logika disadari untuk menyediakan sebuah dasar yang pasti atas kebenaran,
sebagian dari ambisi yang berlebihan mencoba untuk menyampaikan logika, seperti
hukum Frege yang kelima. Dengan demikian jika membantu, program logika akan
menyediakan dasar logika yang pasti untuk pengetahuan matematika, melahirkan
kembali kepastian yang mutlak dalam matematika.
Tetapi
walaupun semua dalil logika (atau matematika) dapat diekspresikan
seluruhnya dalam teorema dari logika konstanta bersama dengan variable, itu
bukanlah masalah bahwa, sebaliknya, semua dalil itu dapat diekspresikan dalam
cara logika ini. kita telah menemukan sejauh kepentingan tetapi bukan sebuah
standar yang perlu dari dalil matematika. Kita perlu menentukan karakter dari
ide kuno dalam teorema yang mana semua ide dalam matematika dapat ditentukan.
Tetapi bukanlah dalil kuno dari semua dalil dalam matematika dapat dibuktikan
secara deduktif. Ini adalah sebuah masalah yang lebih sulit, yang mana belum
diketahui apa jawaban seutuhnya.
Dengan
demikian, tidak semua teorema dalam matematika dan karenanya tidak semua
kebenaran dalam matematika dapat diperolah dari aksioma logika sendiri. Ini
berarti bahwa aksioma matematika tidaklah menghapuskan rasa dari logika itu.
Teorema matematika tergantung pada sebuah himpunan anggapan matematika yang
tidak dapat dibagi lagi.tentu saja, sejumlah aksioma matematika yang penting
berdiri sendiri, dan juga mereka atau ingkaran mereka dapat diadopsi tanpa
ketidakkonsistenan.
B.
Formalisme
Pelopor aliran Formalism
adalah David Hilbert dari Jerman. Matematika disebutkan sebagai sistem simbol
yang formal. Ini berkaitan dengan sifat terstrukti dari simbol dan operasi yang
dilakukan terhadap simbol simbol tersebut. Simbol itu merupakan perwakilan dari
objek yang dipermasalahkan. Dalam istilah populer, formalisme merupakan
pandangan bahwa sebuah permainan formal yang tidak berarti yang dimainkan
dengan tanda-tanda diatas kertas, mengikuti aturan-aturan.
Menurut
Ernest (1991) formalis memiliki dua tesis, yaitu
1. Matematika
dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat ditafsirkan
sembarangan, kebenaran matematika disajikan melalui teorema-teorema formal.
2. Keamanan
dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan terbebasnya dari ketidak
konsistenan.
Program formalis, seandainya berhasil, akan memberikan
dukungan untuk sebuah pandangan kebenaran absolut matematika. Untuk bukti
formal berbasis dalam konsistensi sistem matematika formalakan memberikan ujian
untuk kebenaran matematika. Namun, dapat dilihat bahwa dalam kedua
tuntutan formalisme telah disangkal. Tidak semua kebenaran matematika dapat
dipresentasikan sebagai teorema dalam sistem formal, dan selanjtunya sistem itu
sendiri tidak dapat dijamin kebenarannya.
C.
Intuisionisme
Pelopor
aliran Intuitionism ini adalah Luitzen Egnertus Jan Brouwer dari belanda. Ia berpendapat
bahwa matematika suatu kreasi akal budi manusia. Bilangan, seperti cerita bohong
adalah hanya entitas mental, tidak akan ada apabila tidak ada akal budi manusia
memikirkannya. Selanjutnya intuisionis menyatakan bahwa obyek segala sesuatu
termasuk matematika, keberadaannya hanya terdapat pada pikiran kita, sedangkan
secara eksternal dianggap tidak ada. Sehingga Matematika merupakan salah satu
bentuk nyata pemikiran manusia.
Kebenaran pernyataan p tidak
diperoleh melalui kaitan dengan obyek realitas, oleh karena itu intusionisme
tidak menerima kebenaran logika bahwa yang benar itu p atau bukan
p (Anglin, 1994). Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk
kebenaran matematika menurut versinya, dengan menurunkannya (secara mental)
dari aksioma-aksioma intuitif tertentu, penggunaan intuitif merupakan metode
yang aman dalam pembuktian. Pandangan ini berdasarkan pengetahuan yang
eksklusifpada keyakinan yang subyektif. Tetapi kebenaran absolut (yang diakui
diberikan intusionisme) tidak dapat didasarkan pada padangan yang subyektif
semata (Ernest, 1991).
Ada
berbagai macam keberatan terhadap intusionisme, antara lain;
a) Intusionisme
tidak dapat mempertanggung jawabkan bahwa obyek matematika bebas, jika tidak
ada manusia apakah 2 + 2 masih tetap 4
b) Matematisi intusionisme adalah manusi timpang
yang buruk dengan menolak hukum logika p atau bukan p dan mengingkari
ketakhinggaan, bahwa mereka hanya memiliki sedikit pecahan pada matematika masa
kini. Intusionisme, menjawab keberata tersebut seperti berikut; tidak ada dapat
diperbuat untuk manusia untuk mencoba membayangkansuatu dunia tanpa manusia
c) Lebih
baik memiliki sejumlah sejumlah kecil matematika yang kokoh dan ajeg dari pada
memiliki sejumlah besar matematika yang kebanyakan omong kosong (Anglin, 1994).
Sumber
Naiboho,
Agus. 2015. Filsafat Matematika. Diperoleh
dari http://agusjnaibaho.blogspot.co.id
Ayunda,
Matha. 2016. Hubungan Filsafat dengan
Matematika. Diperoleh dari http://sejarahmatematika1.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar