Sabtu, 10 Desember 2016

DIMENSI AKSIOLOGIS ILMU



DIMENSI AKSIOLOGIS ILMU

1.      Pengertian Aksiologi
·         Aksiologi  merupakan  cabang  filsafat  yang  berhubungan macam-macam  dan  kriteria nilai  serta  keputusan  atau pertimbangan  dalam  menilai,  terutama  dalam  etika  atau  nilainilai moral.
·         Aksiologi  merupakan  paradigma  yang  berpengaruh  penting dalam penelitian ilmiah.
2.      Ilmu dan Azas Moral
Kaitan ilmu dan  moral  telah  lama  menjadi  bahan  pembahasan  para pemikir  antara  lain  Merton,  Popper,  Russel,  Wilardjo,  Slamet  Iman Santoso, dan Jujun Suriasumantri  (Jujun S., 1996 : 2). Pertanyaan umum yang sering muncul berkenaan dengan hal tersebut adalah : apakah itu bebas dari sistem nilai ? Atakah sebaliknya, apakah itu itu terikat pada sistem nilai ?
Ternyata pertanyaan tersebut tidak mendapatkan jawaban yang samadari  para  ilmuwan.  Ada  dua  kelompok  ilmuwan  yang  masing-masing punya  pendirian  terhadap  masalah  tersebut.  Kelompok pertama menghendai  ilmu  harus  bersifat  netral  terhadap  sistem  nilai.  Menurut mereka tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan ilmiah. Ilmu ini selanjutnya  dipergunakan  untuk  apa,  terserah  pada  yang menggunakannya,  ilmuwan  tidak  ikut  campur.  Kelompok kedua sebaliknya  berpendapat  bahwa  netralitas  ilmu  hanya  terbatas  pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan objek penelitian, maka kegiatan keilmuan harus berlandaskan azas-azas moral (Jujun S., 2005 : 235).
Hubungan antara ilmu dengan moral oleh Jujun S. dikaji secara hatihati  dengan  mempertimbangkan  tiga  dimensi  filosofis ilmu.  Pandangan Jujun S. (1996 : 15 – 16) mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Untuk  mendapatkan  pengertian  yang  benar  mengenai kaitan antara  ilmu  dan  moral  maka  pembahasan  masalah  ini  harus didekati  dari  segi-segi  yang  lebih  terperinci  yaitu segi  ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
b.      Menafsirkan  hakikat  ilmu  dan  moral  sebaiknya  memperhitungkan faktor sejarah, baik sejarah perkembangan ilmu itu sendiri, maupun penggunaan ilmu dalam lingkup perjalanan sejarah kemanusiaan.
c.       Secara ontologis dalam pemilihan wujud yang akandijadikan objek penelaahannya   (objek  ontologis / objek  formal)  ilmu  dibimbing oleh  kaidah  moral  yang  berazaskan  tidak  mengubah  kodrat manusia,  tidak  merendahkan  martabat  manusia,  dan  tidak mencampuri masalah kehidupan.
d.       Secara  epistemologis,  upaya  ilmiah  tercermin  dalam  metoda keilmuan  yang  berporoskan  proses  logiko-hipotetiko-verifikatif dengan  kaidah  moral  yang  berazaskan  menemukan  kebenaran, yang  dilakukan  dengan  penuh  kejujuran,  tanpa  kepentingan langsung tertentu dan berdasarkan kekuatan argumentasi an sich.
e.       Secara  aksiologis  ilmu  harus  digunakan  dan  dimanfaatkan  untuk kemaslahatan manusia dengan jalan meningkatkan taraf hidupnya dan  dengan  memperhatikan  kodrat  manusia,  martabat  manusia, dan  keseimbangan/kelestarian  alam.  Upaya  ilmiah  ini  dilakukan dengan penggunaan dan pemanfaatan pengetahuan ilmiah secara komunal universal.
Ternyata keterkaitan ilmu dengan sistem nilai khususnya moral tidak cukup  bila  hanya  dibahas  dari  tinjauan  aksilogi  semata.  Tinjauan ontologis  dan  epistemologi  diperlukan  juga  karena  azas  moral  juga mewarnai  perilaku  ilmuwan  dalam  pemilihan  objek  telaah  ilmu  maupun dalam  menemukan  kebenaran  ilmiah.  Pandangan  Jujun  S.  mengenai hubungan  ilmu  dan  moral  tersebut  secara  visual  tersaji  secara  rinci dalam bagan berikut ini.
Sumber Kuntjojo. 2014. Filsafat Ilmu (ebook). Diperoleh dari http://dakekito.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar