Jumat, 23 Desember 2016

Filsafat India



Filsafat India

India, khususnya lembah Indus, merupakan tempat lahirnya peradaban dunia yang tertua. Zamn perunggu muncul di sana sekitar tahun 2500 SM. Penggalian arkeologi menunjukan peninggalan-peninggalan yang menyingkap peran lembah Indus sebagai pusat kebudayaan besar. Dari peninggalan-peninggalan diketahui bahwa tidak terdap gejolak perkembangan yang terlalu besar. Lembah Indus merupakan kawasan yang subur
Antara tahun 1700-1400 SM terjadi gelobang migrasi bangsa Arya yang memasuki India lewat pegunungan. Hindu Kush di utara. Suku Arya dikenal sebagai suku yang gemar berperang. Mereka menemukan kuda dan kereta untuk berperang. Itulah sebebnya mereka dengan mudah mengalhkan musuh-musuhnya. Mereka kemudian mengalami transformasi, dari masyarakat nomad, menjadi masyarakat petani yang menetap. Kehadiran mereka lama-kelamaan mendesak penduduk asli, yakni suku Davida. Kearah selatan. Konflik bangsa Arya dan Davida terekam dalam kisah Mahaberata dan Ramayana.
Dalam perkembangan selanjutnya, terciptalah system kelas, para kepala suku bertangungjawab meneruskan perjuangan melawan suku asli. Kemudian muncul kelas Iman, ketika Brahmanisme dengan ritualismenya menjadi semakin penting. Bersama itu pula berkembang tradisi lisan, yang kemudiian dikumpulkan dan kita kenal sebagai Veda.
Filsafat Yunani, seperti halnya kegiatan berfilsafat itu sendiri, bertolak dari kenyataan yang dialami sehari-hari. Tapi sebagai sitem pemikiran kedua filsafatitu berbeda. Orang Yunani dan India sama-sama berfilsafat untuk mencari kebenaran. Tapi ada perbedaanya, Orang Yunani mencari kebenaran sebagai kebenaran, sedangkan orang India mencari kebenaran untuk melepas diri dari dunia. Adapun ciri-ciri Filsafat India adalah sebagai berikut:
1.      Motif Spritual, ini mendasari seluruh system filsafat India maupun kehidupan masyarakat. Kecuali aliran Carvaka, semua aliran lain mengaku esensi spiritual. Itulah sebabnya, penghayatan agama sangat erat kaitannya dengan usah filosofis filsafat India.
2.      Sikap introspektif dan pendekatan introsfektif terhadap realitas. Filsafat dipahami sebagai atmavidya, yakni pengetahuan akan diri. O0leh sebab itu, yang menonjol adalh subyektivitas. Itulah sebabnya psikologi dan etika dianggap lebih penting daripada ilmu pengetahuan alam atau ilmu pengetahuan positif yang juga tetap digeluti.
3.      Mengakui hubungan erat antara hidup dan filsafat. Filsafat tidak dianggap sebagai sekedar sport otak. Tapi merupakn usaha mencari kebenaran yang dapat membebaskan manusia. Ini suatu bentuk pragmatism, tapi bukan berarti bahwa kebenaran diukur menurut keperaktisannya, tapi kebenaran itu diakui sebagai satu-satunya petunjuk untuk praksis kehidupan.
Menurut filsafat India, kebenaran membawa keselamatan, keselamatan berate bebas dari penderitaan, kelahiran kembali, atau kebahagian abadi itu terwujud manakala kemurnian semula, atau bila tejadi identifikasi dengan yang absolut, persatuan dengan Tuhan, atau bila jiwa mencapai  eksistensi abadinya.
4.      Idealis. Filsafat India, khususnya Hinduisme, mengarah kepada monism ideal. Apa yang kelihatan sebgai pluralisme dan kontradiktoris sebetulnya merupakan bentuk-bentuk ekpresi, yang mempersatukan semua system filsafat India secara keseluruhan.
5.      Memberikan peran sentral terhadap intuisi. Hanya intuisi mampu menyingkap kebenaran tertinggi. Tidak berarti bahwa peran akal akan ditolak. Pengetahuan intelektual dianggap tidak mencukupi. Oleh sebab itu kata yang tepat untuk filsafat adalah dasarna. Berasal dari kata drs ysng berarti melihat, mengalami secara intuituf. Akal mampu menunjukan kebenaran, tapi akal itu tidak mampu mencapainya.
6.    Mengakui otoritas. Para filsuf India selalu memperhitungkan tradisi seperti yang diajarkan para guru Upanishad. Buddha atau Mahavira. Ini berpengaruh pada metode filsafat India yang dimulai dengan stravana (mendengarkan)
7.  Tendensi untuk mendekati berbagi aspek pengalaman dan realitas dengan pendekatan sintensis. Ciri ini sam tuanya dengan Rg Veda yang beranggapan bahwa agama yang benar akan mencakup semua agama. Tuhan itu meurut mereka satu, hanya disebut oleh manusia dengan banyak nama. Agama dan filsafat, pengetahuan dan tindakan, intuisi dan pemikiran, Tuhan dan manusia, diletakan dalam harmoni. Ciri seperti sintensi ini menyebakan semua sifat dapat hidup dalam harmoni dan toleransi. Itulah sebabnya filsafat tidak dapat dipisahkan dari agama.
Metode yang dipakai filsafat India pada umumnya mengikuti langkah-langkah berikut:
1.    Staravana (mendengarkan): mendengarkan ajaran-ajaran benar dari teks-teks Kitab suci agar dapat menangkap pengertian secara penuh
2.      Manana (perbincangan/penalaran): diskusi tentang isi teks yang di dengarkan tadi.
3.    Niddhyasana: duduk dalam sikap meditasi dengan konsentrasi pikiran pada ajaran yang didengarkan itu, dengan sikap meditasi, pikiran dibebaskan dari keraguan. Pikiran menjadi terbuka untuk diserapi dan diterangi oleh kebenran ajaran itu.
Ketiga aliran ini mnyebabkan bahwa di India filsafat bukan suatu  yang hanya teoritis, tapi menjadi suatu kekuatan yang menghidupkan dan mengubah manusia.
Sumber, Massofa. 2011. Buku Pengantar Filsafat. Diperoleh dari  https://massofa.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar