MAKANAN KHAS
SUKABUMI “MOCI”
Disusun Oleh
Dede Halimatusa’diah
Kota Sukabumi merupakan salah satu wilayah
yang berstatus kotamadya di provinsi Jawa Barat. Ada beberapa kecamatan di
kabupaten sukabumi salah satunya adalah kecamatan Cikole. Kecamatan Cikole
merupakan basis perekonomian rakyat dan usaha kecil serta rumah tangga. Salah
satu industri rumah tangga yang berkembang di wilayah ini adalah industri moci.
Makanan ringan moci merupakan makanan khas yang menjadi primadona Kota
Sukabumi, bahkan Sukabumi mendapat julukan sebagai Kota Moci, karena merupakan
sentra industri kue moci. Salah satu daerah yang menjadi sentra industri ini
ialah Kecamatan Cikole. Wilayah ini dapat dikatakan sebagai sentra industri
makanan ringan moci karena daerah ini memang sudah lama terkenal sebagai daerah
penghasil makanan ringan moci terbaik.
Adapun
Sejarah berdirinya industri moci di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi yang penulis
dapatkan dari beberapa sumber yakni, berawal dari keinginan seseorang untuk meningkatkan
taraf perekonomian keluarganya menjadi lebih baik. Seseorang sekaligus perintis
tersebut adalah Dedi Kuswadi (Alm) yang mendirikan industri moci di Kecamatan
Cikole pada tahun 1983. Sebelum mendirikan industri moci sebagai usahanya ia
bekerja sebagai pegawai pemerintahan (PNS). Ketika menggeluti pekerjaan
tersebut beliau sudah memiliki tingkat perekonomian yang cukup untuk pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Namun ketika beliau berteman dengan orang keturunan Cina yang
memberikan resep pembuatan kue moci maka Dedi mulai tertarik dan menjadikan kue
moci tersebut sebagai bisnisnya.
Kue
moci Dedi bermerk Lampion, pada awal kemunculannya rasa kue moci hanya satu
yaitu kue moci tanpa isi atau yang dikenal dengan sebutan moci kiathong. Tujuan
didirikannya industri moci tersebut adalah untuk melestarikan makanan khas Kota
Sukabumi, mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dan menciptakan lapangan
pekerjaan khususnya masyarakat sekitar serta mensejahterakan para pekerja. Permulaan
bisnis industri moci yang dilakukan oleh Dedi saat itu tidaklah mudah karena mayoritas
masyarakat Sukabumi belum banyak yang mengetahui kue moci. Selain itu, bisnis
kue moci Dedi harus bersaing dengan kue moci yang dihasilkan oleh warga
keturunan Tionghoa. Namun Dedi tidak diam begitu saja, beliau mempromosikan kue
moci dari mulut ke mulut ke masyarakat dan berbagai instansi pemerintahan
khususnya tempat beliau bekerja.
Usaha
beliau tidak sia-sia karena pada tahun 1990, tempat usahanya didatangi oleh
beberapa pejabatpemerintah Kota Sukabumi yang sekaligus menyatakan bahwa kue
moci adalah makanan khas Kota Sukabumi. Semenjak itu moci tersebar luas dan
terkenal ke masyarakat sebagai makanan dan oleh-oleh khas Kota Sukabumi. Sejak saat itu, maka mulailah berkembang industri
moci yang dirintis oleh Dedi, tepatnya berada di kaswari Desa Selabatu Cikole.
Pada awal perkembanganya, industri moci tersebut dikelola secara kekeluargaan
oleh semua anggota keluarga Dedi dan perkembangannya belum terlalu luas. Namun
sekitar tahun 1990-an industri ini mulai menarik minat penduduk sekitar bahkan
sampai ke luar daerah Cikole.
Dengan semakin berkembangnya industri ini,
maka semakin besar pula kesempatan kerja bagi masyarakat yang membutuhkan. Industri
moci yang dimiliki oleh Dedi ini menerapkan sistem kerja yang tidak terlalu
sulit. Pegawai yang ada di industri ini terdiri dari pekerja wanita dan laki-laki.
Biasanya pekerja wanita bertugas sebagai pembentuk produk dan pengemasan,
sedangkan pekerja laki-laki bertugas sebagai pembuat adonan dan pengocek.
Para
pegawai tersebut diberikan fasilitas tempat tinggal sehingga pegawai yang bukan
berasal dari cikole tidak mendapatkan kesulitan dalam memperoleh tempat
tinggal. Seiring berjalannya waktu perkembangan industri moci memperlihatkan kemajuan
yang cukup baik, keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada sektor
pertanian dan serabutan. Keuntungan tersebut telah memotivasi sebagian masyarakat
Cikole untuk beralih menjadi pekerja di industri moci ini. Bahkan ada juga
beberapa masyarakat Cikole yang membuka usaha moci sendiri, dan mulai membuka
peluang pekerjaan bagi masyarakatnya.
Hal
tersebut tidak dipermasalahkan oleh Bapak Dedi, karena beliau berpikir dengan
semakin terbukanya kesempatan kerja bagi warga sekitar, maka akan terbantu pula
sektor perekonomian masyarakat sekitarnya yang pada saat itu bekerja sebagai
petani yang hanya mengandalkan pendapatan pada musim panen. Pemasarannya pun
semakin luas yaitu ke daerah Cianjur, Bogor dan Bandung.
Semenjak tahun 1990 masyarakat Sukabumi lebih
kreatif dengan menambahkan kacang sebagai isi moci dan menambahkan berbagai
rasa dan aroma yang masih bertahan sampai sekarang. Hal tersebut dilakukan
karena banyaknya permintaan konsumen dan adanya perkembangan pasar. Modifikasi rasa
dan aroma dilakukan dengan menambahkan lima rasa yaitu jahe, durian, suji
pandan, strowberi, ketan hitam dan mocca sehingga konsumen bisa memilih rasa
kue moci yang disukainya. Pada tahun tersebut industri moci di Cikole mengalami
peningkatan yang cukup baik. Kue moci mulai dikenal sebagai makanan atau
oleh-oleh khas Kota Sukabumi seiring dengan dikunjunginya industri moci Bapak
Dedi oleh beberapa pejabat pemerintah Kota Sukabumi yang menyatakan bahwa moci
adalah oleh-oleh khas Kota Sukabumi.
Dengan
mulai dikenalnya moci sebagai makanan khas Kota Sukabumi mengakibatkan industri
moci di Sukabumi semakin berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah
industri yang bertambah, peningkatan jumlah produksi dan penyerapan jumlah
tenaga kerja yang cukup banyak serta pemasaran yang semakin luas. Kemunculan
industri ini menjadi alternatif baru sebagai sumber pekerjaan bagi masyarakat
setempat, karena pada umumnya pada saat itu perekonomian masyarakat Cikole
sangat tergantung pada sektor pertanian. Dengan semakin berkembangnya industri
ini, maka semakin besar pula kesempatan kerja bagi masyarakat yang membutuhkan.
Namun
sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997, industri moci di
Cikole turut terkena imbasnya dimana moci rasa jahe tidak diproduksi lagi
karena terjadi inflasi harga yang menyebabkan harga jahe naik dan kesulitan dalam
memperolehnya. Selain itu sama halnya dengan daun pandan/suji, penambahan rasa
jahe juga membutuhkan waktu dan tenaga untuk memeras jahe tersebut, sedangkan
untuk rasa yang lainnya hanya dengan menambahkan pasta saja. Untuk aroma daun
pandan/suji tetap diproduksi karena bahan bakunya diperoleh dari kebun pemilik
dan tanpa menggunakan biaya. Yang menjadi ciri khas unggulan hasil industri
moci di Cikole adalah rasanya yang beragam, tidak menggunakan bahan pengawet
serta ukurannya lebih besar dibandingkan dengan moci-moci lainnya, yang hingga
kini tetap dipertahankan bahkan semakin mengembangkan kreatifitas bentuk, rasa
dan desain kemasan moci.
Para
pengusaha berusaha mempertahankan ciri khasnya tersebut, adalah sebagai salah
satu bentuk usahanya untuk tetap mempertahankan serta melestarikan makanan khas
lokal yang telah menjadi trademark
Kota Sukabumi. Pada umumnya masyarakat tetap menjadi konsumen moci karena rasa
moci yang enak dan sesuai dengan selera konsumen. Hal inilah yang menyebabkan
moci tidak ditinggalkan oleh pelanggannya. Selain
itu, kue moci mengandung suatu nilai filosofi yang melambangkan kesejahteraan
dan keberkahan yang dipercayai oleh warga keturunan Tionghoa dan masyarakat pribumi
di Sukabumi. Sehingga dengan melihat kondisi demikian, maka dapat dipastikan
kue moci akan akan berkembang dan bertahan sampai beberapa tahun ke depan. Setelah
mengalami pasang surut dalam perkembangannya, industri moci di Cikole mulai
membangkitkan kembali eksistensinya pada tahun 2000. Hal tersebut ditandai dengan
semakin banyaknya pengusaha moci dan kios-kios yang menjual hasil industri moci
di Cikole. Bahkan pada tahun tersebut mulai adanya perhatian dari pemerintah
setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar