Filsafat Dalam Tema
Seiring dengan berkembangnya manusia dan
ilmu pengetahuan, maka filsafat dapat dikatakan sebagai suatu ilmu. Ilmu filsafat
mengkaji seluruh fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia. Fenomena ini
dapat diarahkan melalui 3 tema besar dalam filsafat, yaitu epistemologi, ontologi,
dan aksiologi.
1. Epistemologi
Epistimologi mengkaji tentang
hakikat, dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafiah berarti
“pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti
batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Epistemologi membahas tentang
pengetahuan yang akan didapat manusia sesuai dengan kebutuhannya. Pada dasarnya
manusia selalu ingin tahu tentang sesuatu dan ia akan mencari tahunya, sehingga
dengan demikian pengetahuannya pun akan bertambah. Berdasarkan epistemologi,
manusia akan mencari tahu tentang apa saja batas-batas pengetahuan, bagaimana
struktur pengetahuan itu, bagaimana keabsahannya dan dari mana sumbernya.
Menurut Donny Gahral,
epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan khususnya
empat pokok persoalan pengetahuan seperti keabsahan, struktur, batas dan
sumber, seperti yang telah dijelaskan di atas. Pengetahuan yang dikaji dalam
epistemologi adalah pengetahuan dalam arti seluas-luasnya termasuk pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari. Epistemologis ini juga merupakan dasar dari
filsafat ilmu pengetahuan dalam membagi pengetahuan menjadi pengetahuan ilmiah
dan pengetahuan sehari-hari serta menentukan cara kerja yang tepat untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah.
2. Ontologi
Ontologi adalah bagian
metafisika yang mempersoalkan tentang hal-hal yang berkenaan dengan segala
sesuatu yang ada atau the existence khususnya esensinya. Dalam dictionary of
philosophy, James K. Frebleman mengatakan bahwa ontologi adalah “The Theory of
Being Qua Being” teori tentang keberadaan sebagai keberadaan. Menurut
Aristoteles, ontologi adalah The First of Philosophy dan merupakan ilmu
mengenai esensi benda. Dari sekian definisi dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah
salah satu bagian penting dalam filsafat yang membahas atau mempermasalahkan
hakikat-hakikat semua yang ada, baik abstrak maupun yang nyata.
Ontologi merupakan salah
satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut
membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki
pandangan yang bersifat ontologis, seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada
masanya, kebanyakan orang belum dapat membedakan antara penampakan dan
kenyataan.
Hakekat kenyataan atau realitas
bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang, yaitu:
a)
Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah
kenyataan itu tunggal atau jamak.
b)
Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah
kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun
yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dikatakan
sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.
Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, dan
empirisme.
Istilah
istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:
o
Yang ada (being)
o
kenyataan/realitas (reality)
o
eksistensi (existence)
o
esensi
(essence)
o
substansi
(substance)
o
perubahan (change)
o
tunggal
(one)
o
jamak (many)
Menurut Suriasumantri (1985),
ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin
tahu, atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.
Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti:
· Apakah
obyek ilmu yang akan ditelaah
·
Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
· Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan
daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan.
Ontologi gi studi
ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran,
antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik, dan
sebagainya).
3.
Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata
axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori.
Dengan demikian, aksiologi adalah “teori tentang nilai” (Amsal Bakhtiar, 2004:
162). Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat, nilai merujuk pada
pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial, dan agama. Sistem
mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan, dan aturan sebagai satu
bentuk pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud.
Aksiologi mengkaji tentang
norma dan nilai dalam kehidupan manusia, berkaitan dengan “yang baik” dan “yang
buruk”, juga tentang ukuran norma atau nilai apa saja yang mendasarinya. Nilai merupakan sesuatu yang baik,
diinginkan dan dicita-citakan. Sedangkan norma adalah pedoman dan aturan
berperilaku dengan sanksi-sanksi yang dapat menuntut sesorang, kelompok, dan
masyarakat untuk mencapai dan mewujudkan suatu nilai.
Nilai-nilai dalam hidup manusia
memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah:
·
Nilai berfungsi sebagai petunjuk arah
·
Nilai berfungsi sebagai benteng perlindungan
·
Nilai berfungsi sebagai motivator
Menurut penjelasan di atas,
maka dapat dipahami bahwa tema besar dalam ilmu filsafat, meliputi
epistemology, ontologi, dan aksiologi. Ontologi membahas tentang
keberadaan sesuatu yang konkret dan
nyata, epistemologi membahas tentang pengetahuan yang dimiliki manusia berdasarkan
kebutuhannya, dan aksiologi membahas tentang nilai dan norma, tentang yang baik
dan yang buruk yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
Alviah, Nur. 2015. Tema
Besar dalam Filsafat. http://nralviah.blogspot.co.id
Rusli, Ahmad. 2013. Tema Besar Pada Ilmu
Filsafat. https://sciencebooth.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar