Selasa, 12 Desember 2017

Artikel



Pengalamanku Memotivasi Diriku”

Setiap pilihan pasti ada pengorbanan dan perjungan, agar tercapai yang ingin di raih. Hal ini berlaku ketika kita ingin menggeluti satu profesi maka kita harus bersungguh-sungguh dalam profesi itu, seperti halnya menjadi seorang guru. Menjadi guru itu mudah akan tetapi menjadi guru yang profesional dan menjadi guru idola bagi anak-anak itu tidaklah mudah hal ini di butuhkan belajar dan berkerja keras dan tentunya memiliki jam terbang yang mumpuni, apalagi jika profesi itu adalah seorang guru sd, sekolah dasar merupakan pondasi awal anak-anak memperoleh pendidikan, sehingga amanah menjadi seorang guru sd menurut saya sangatlah berat, karena guru merupakan seoarang panutan, segala tingkah laku, perkataan, tidakannya itu akan selalu di gugu dan di tiru, sehingga jika seorang guru memberikan atau melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya maka hal itu pun akan di tiru oleh anak-anak yang memanag anak sd itu merupakan anak yang masih dalam tahap-tahap dalam meniru perkataan dan tingkah laku gurunya.
Seperti pengalaman yang saya temukan ketika saya diberi tugas untuk simulasi megajar di sd, dimana lokasi yang menjadi tempat untuk simulasi mengajar adalah di SDN Simpang 3 kota Cilegon. Hampir satu bulan saya simulasi mengajar di SDN Simpang 3, yang mana terdapat 4 kali pertemuan dalam setiap minggunya, Sebenarnya saya belum ada pengalaman dalam mengajar langsung di sd, jadi ini adalah pengalaman yang benar-benar pertama bagi saya. Dan hal yang pertama tepikirkan ketika menerima tugas simulasi mengajar di sd adalah mengajar di kelas 1, karena awalnya menurut saya anak kelas satu itu penurut, lucu-lucu, bisa di kendalikan dengan baik, bisa di atur, materi yang akan di ajaranya tidak terlalu sulit dan faktor-faktor lain yang menyakinkan saya bahwa mengajar di kelas 1 itu gampang, simpel, mudah dan menyenangkan. Akan tetapi saat terjun di lapangan tepatnya pada tanggal 25 Okteber 2017, adalah langkah awal yang merubah mindset saya kalau mengajar di kelas 1 itu tidak semudah yang di bayangkan.
Hari pertama mengajar, Ketika masuk ke kelas banyak pasang mata yang terkesan mengintimidasi saya mereka yang awalnya terlihat aktif, tiba-tiba ketika saya masuk mereka diam sejenak dan memperhatikan saya mungkin dari ujung kepala hingga kaki, sehingga membuat perasaan saya tidak karuan dimana rasa gelisah, gerogi, takut, malu, menjadi satu. Ini adalah kali pertama saya melihat mereka, dan meraka melihat saya, sehingga dengan rasa gerogi yang sama sayapun mencoba menetralkan suasana yang ada dengan yel-yel penyemangat, dan tibalah saatnya saya untuk meperkenalkan diri, ternyata mereka cukup welcome dengan pertemuan pertama ini. Selanjutnya saya meminta salah satu anak untuk memimpin doa sebelum belajar, kemudian saya melanjutkan dengan melakuan pengabsenan, dan memberi tahu maksud dan tujuan pembelajaran pada pertemuan kali ini, namun pada saat penyampaian materi anak-anak pun terlihat mulai ribut sehingga saya pun harus mengulang dan sedikit meninggikan volume suara agar terdengar oleh anak-anak yang lainnya. Setelah penyampaian materi, saya pun mengintruksikan anak untuk menyelesaikan tugas yang ada pada buku paket siswa.
Menit-menit pertama mengajar saya masih bisa mengontrol anak-anak dengan cukup baik, akan tetapi di pertenghan saya mulai mengalami kesulitan dalam mengontrol anak-anak  hal ini di karenakan dari 31 siswa yang ada mereka semua aktif, yaa menurut saya  mereka sangat-sangat aktif, bahkan mereka ada yang berlari-larian, naik keatas kursi, dorong-dorong kursi, ngelendotin badan saya ketika saya berusaha membantu anak yang lainnya dalam mengerjakan latihan, dan bahkan ada anak yang berkelahi hingga akhirnya salah satu di antara mereka ada yang menangis, anak-anak yang melapor karena diganggu oleh teman-temannya dan lain sebaginya, sungguh pemandangan di kelas pertama yang di luar dugaan. Awalnya saya sangat kewalahan dan tidak tahu bagaimana mengatasi ini semua, rasanya saya ingin marah, membentak anak-anak yang ribut itu, namun niat itu saya urungkan lagi, dan saya mencoba untuk bersabar dan membiarkan suasana hati saya agar tenang terlebih dahalu, setelah keadaan saya mulai membaik sayapun mencoba untuk menangani anak-anak tersebut satu-satu, lambat laun sayapun mulai bisa menyesuaikan diri dengan suasana yang ada, saya mulai bisa menangani anak yang ribut, menangani anak yang menangis, dan lain sebagainya.
Selanjutnya agar mengambil perhatian siswa kembali, saya pun mencoba untuk mengajak anak menyayi disertai dengan gerakan sederhana dan lagu yang saya bawakan pada saat itu adalah “Marina Menari”  dan meminta siswa untuk berdiri dan mengikuti lagu dan gerakan yang saya lakukan, saya cukup terkesan dengan tingkah laku mereka dimana mereka berusaha agar nyanyian dan gerakan itu sesui dengan apa yang saya lakukan, dan saya mulai sadar bahwa apa yang guru berikan dan lakukan itu benar-benar mereka tiru. Setelah lagu itu selesai sayapun kembali mengkondisikan siswa untuk duduk di tempatnya masing-masing. Akan tetapi intruksi yang saya berikan itu tidak langsung dituruti oleh siswa mereka masih saja sibuk dengan dunianya. Sampai di akhir pembelajaran pada pertemuan pertama ini mereka cukup meberikan kesan yang berharga bagi saya. Saya memang belum mengenal karakter anak itu satu-satu, apalagi hapal nama-namanya akan tetapi saya cukup puas dengan pertemuan pertama ini.
Selanjutnya hari kedua mengajar, pada minggu kedua hari rabu, 01 November 2017, saya pun masuk ke kelas saya, saya cukup kaget dengan respon anak-anak kelas 1B ketika saya masuk yaa mereka sangat merespon saya dengan baik, bahkan ada salah satu anak yang berteriak “yeahhhh asyik ibu guru baru mengajar lagiii” dan saya pun sedikit tersenyum dengan tingkah anak itu. Kali ini saya di dampingi dengan wali kelas 1B namun ibu wali kelas datang hanya untuk mengintruksikan anak-anak untuk membuka makanan yang telah mereka bawa. Ya anak-anak kali ini membawa bekal sarapan, dan makanan yang mereka bawa ini masih berkaitan dengan materi yang telah di sampaikan di hari kemarin tepatnya pada hari selasa yakni mengenai empat sehat lima sempurna, setelah saya di beri tahu awal kegiatan pembelajaran kali ini, saya pun akhirnya di tinggalkan oleh wali kelas 1B dan kelas sepenuhnya akan di kendalikan oleh saya sendiri.
Karena saya di beri amanat agar anak-anak sarapan dahulu sebelum balajar, jadi saya mengintrukasi anak untuk sarapan terlebih dahulu dalam waktu 15 menit, anak-anak pun mulai membuka bekal yang telah ia bawa, mereka pun terlihat lahap, kali ini mereka sangat berbeda tidak seperti awal pertemuan kami minggu kemarin, kini anak-anak mulai bisa melemparkan senyum yang ramah terhadap saya dan sesekali melakukan candaan dengan saya. Setelah anak-anak selesai sarapannya sayapun memberikan sedikit permainan tebak-tebakan terlebih dahulu sebelum masuk ke materi, setelah selesai tebak-tebakan sayapun mulai mengkondisikan anak-anak untuk mulai belajar dan akhirnya saya pun mengintruksikan anak-anak untuk membuka buku siswa dan melajutkan materi yang sudah disampaikan sebelumya oleh wali kelas.
            Dalam penyampain materi pelajaran anak-anak mulai terlihat tidak kondusif, sehingga saya pun memberikan intruksi untuk tepuk diam secara bersama-sama, awalnya mereka diam namun setelah beberapa menit kemudian merekapun terlihat ribut kembali akan tetapi tidak separah yang tadi,  saya awalnya merasa senang karena di pertemuan kedua ini anak-anak tidak separah pada pertemuan pertama, akan tetapi hal yang diluar duagaan pun  kembali terjadi dimana ada seoarang siswi yang dijaili oleh teman sekelompoknya, sehingga menyebabkan siswi tersebut menangis, dari siswi yang menangis itulah sehingga memicu keribuatan-keributan yang lainnya, dengan adanya pengalaman pada pertemuan yang pertama sehingga saya tidak terlalu di ambil pusing dalam mengatasi hal seperti ini. Dalam pertemuan ke tiga dan keempat pun kegiatan belajar mengajar masih sama seperti pada pertemuan sebelumnya dan masalah yang ditemui pun hampir sama pula, akan tetapi perasaan sedih di pertemuan ke empat tidak bisa saya bendung lagi, ya saya sangat sedih karena ini adalah pertemuan terakhir saya melihat mereka, tingkah lucu mereka, kebiasaan mereka saat mengikuti proses pembelajaran di kelas, serta kebiasan-kebiasan lainnya.
             Dari permasalahan-permasalahan yang saya temukan pada pertemuan pertama sampai keempat secara garis besar adalah, anak-anak ribut dikelas pada proses pembelajaran, suka menjaili teman, dan menangis. Hal ini saya rasa cukup wajar karena menurut saya mereka itu butuh perhatian dari seorang gurunya, walupun saya orang asing bagi mereka tetapi mereka tetap menganggap saya sebagai guru bagi mereka. Adapun menurut saya solusi ketika kita dihadapkan dengan permasalahan yang diatas adalah berilah anak perhatian yang lebih dengan melakukan pendekatan kepada anak yang sering membuat keributan, jagan membentak anak ketika anak ribut-ribut di kelas, usahakan agar kita dapat manage kelas dengan baik, seperti halnya agar mendapatkan perhatian siswa kita harus bisa membuat suasana pelajaran yang menarik agar anak tertarik dengan materi yang disampikan dan yang terahir adalah berilah motivasi kepada anak agar menumbuhkan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Sumantri (2006:3.30) dimana beliau mengajukan empat peranan guru untuk memberikan dan meningkatkan motivasi siswa, yaitu: 1) membangkitkan semangat siswa 2) memberikan harapan yang realistis, 3) memberikan intensif, 4) memberi pengarahan. Adapun menurut Nuraini (2012:15) beliau mengatakan bahwa ada beberapa tips untuk membantu para guru dalam menghadapi siswa yang nakal dan tukang ribut, sebagai berikut:
a.       Buat aturan yang jelas tentang tanggung jawab guru dan siswa dikelas atau buat suatu perjanjian antara guru dan siswanya.
b.      Jadilah guru yang kreatif dalam menangani aktifitas di kelas selama PBM.
c.       Berikan mereka (para siswa) tanggung jawab.
d.      Lakukan pendekatan pada siswa yang sering ribut dan nakal.
e.       Mintalah partisipasi dari orang tua jika siswa tersebut sudah tidak bisa diatur lagi.
Mengajar anak kelas 1 SD merupkan suatu tantangan yang luar biasa, di butuhkan ekstra kesabaran,  ya sabar ketika melihat anak yang baru mulai pembelajaran sudah ribut, sabar ketika melihat anak yang berantem adu mulut dan akhirnya salah satu dari mereka ada yang menangis dan bahkan kedua-duanya pun ikut menangis, sabar ketika ada anak yang hobinya bercerita mengenai apa yang ia lihat dan alami sehingga saya harus menjadi pendengar yang baik untuknya karena ketika saya mengacuhkan anak yang bercerita anak tersebut akan ngambek (murung) sehingga saya sebisa mungkin harus mendengarkan ia bercerita terlebih dahulu baru saya melajutkan lagi aktivitas mengajar. Sabar ketika ada anak yang ngegelendotin badan, dan lain sebagainya. Sehingga dari pengalaman ini semua, saya mendapatkan beberapa pelajaran yang harus saya perbaiki untuk kedepannya, yakni belajar bersabar dalam menghadapi anak dalam situasi apapun, harus bisa mengendalikan diri, menyesuaikan dengan keadaan anak, harus bisa memperkirakan anak di dalam kelas, dalam mengajar harus dipersiapkan dengan matang. Banyak-banyak cari referensi untuk menambah wawasan dalam mengajar serta meminta saran dari guru-guru yang sudah berpengalaman.
Saya masih belajar menjadi seoarang guru yang baik, guru yang di idolakan, guru yang dinantikan untuk kehadirannya dan ini adalah penglaman pertama saya terjun langsung untuk mengajar dan mendidik anak-anak agar menjadi anak-anak yang baik, tidak ada perubahan yang signifikan selama 4 kali pertemuan ini namun saya bahagia dengan mereka mengenal saya, dan saya mengenal beberapa nama dan karakterk anak-anak serta tingkah laku mereka. Dan saya sangat berterima kasih kepada dosen saya yang telah memberi saya tugas untuk prakatik simulasi mengajar di sekolah, karena dengan tugas ini saya mendapatkan pengalaman yang luar biasa, pengalaman ini menjadi bekal saya kedepannya dan memotivasi saya agar saya terus belajar-belajar dan belajar lagi dalam mengasah kemapuan publik speaking saya, penguasaan materi, belajar menangani anak-anak yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Mereka sangatlah polos-polos sehingga sebagai guru dan calon guru kita harus bisa mengarahkan anak-anak agar bisa menjadi pribadi yang baik. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yang mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Baharuddin (2010:12) belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Sehingga dengan adanya pengalaman ini pula menjadi batu loncatan untuk saya kedepannya, dimana saya harus lebih mempersiapkan lagi bekal saya menjadi seorang guru, karena amanah yang dipikul kedepannya pun sangatlah berat jika kita mengajarkan hal-hal yang tidak baik bagi anak maka akan berpengaruh pula bagi masa depan mereka.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar