“Pengalamanku Memotivasi Diriku”
Setiap
pilihan pasti ada pengorbanan dan perjungan, agar tercapai yang ingin di raih.
Hal ini berlaku ketika kita ingin menggeluti satu profesi maka kita harus
bersungguh-sungguh dalam profesi itu, seperti halnya menjadi seorang guru.
Menjadi guru itu mudah akan tetapi menjadi guru yang profesional dan menjadi
guru idola bagi anak-anak itu tidaklah mudah hal ini di butuhkan belajar dan
berkerja keras dan tentunya memiliki jam terbang yang mumpuni, apalagi jika
profesi itu adalah seorang guru sd, sekolah dasar merupakan pondasi awal
anak-anak memperoleh pendidikan, sehingga amanah menjadi seorang guru sd
menurut saya sangatlah berat, karena guru merupakan seoarang panutan, segala
tingkah laku, perkataan, tidakannya itu akan selalu di gugu dan di tiru,
sehingga jika seorang guru memberikan atau melakukan hal-hal yang tidak
sewajarnya maka hal itu pun akan di tiru oleh anak-anak yang memanag anak sd
itu merupakan anak yang masih dalam tahap-tahap dalam meniru perkataan dan
tingkah laku gurunya.
Seperti
pengalaman yang saya temukan ketika saya diberi tugas untuk simulasi megajar di
sd, dimana lokasi yang menjadi tempat untuk simulasi mengajar adalah di SDN Simpang
3 kota Cilegon. Hampir satu bulan saya simulasi mengajar di SDN Simpang 3, yang
mana terdapat 4 kali pertemuan dalam setiap minggunya, Sebenarnya saya belum
ada pengalaman dalam mengajar langsung di sd, jadi ini adalah pengalaman yang
benar-benar pertama bagi saya. Dan hal yang pertama tepikirkan ketika menerima
tugas simulasi mengajar di sd adalah mengajar di kelas 1, karena awalnya
menurut saya anak kelas satu itu penurut, lucu-lucu, bisa di kendalikan dengan
baik, bisa di atur, materi yang akan di ajaranya tidak terlalu sulit dan
faktor-faktor lain yang menyakinkan saya bahwa mengajar di kelas 1 itu gampang,
simpel, mudah dan menyenangkan. Akan tetapi saat terjun di lapangan tepatnya
pada tanggal 25 Okteber 2017, adalah langkah awal yang merubah mindset saya kalau mengajar di kelas 1
itu tidak semudah yang di bayangkan.
Hari
pertama mengajar, Ketika masuk ke kelas banyak pasang mata yang terkesan
mengintimidasi saya mereka yang awalnya terlihat aktif, tiba-tiba ketika saya
masuk mereka diam sejenak dan memperhatikan saya mungkin dari ujung kepala
hingga kaki, sehingga membuat perasaan saya tidak karuan dimana rasa gelisah,
gerogi, takut, malu, menjadi satu. Ini adalah kali pertama saya melihat mereka,
dan meraka melihat saya, sehingga dengan rasa gerogi yang sama sayapun mencoba
menetralkan suasana yang ada dengan yel-yel penyemangat, dan tibalah saatnya
saya untuk meperkenalkan diri, ternyata mereka cukup welcome dengan pertemuan pertama ini. Selanjutnya saya meminta
salah satu anak untuk memimpin doa sebelum belajar, kemudian saya melanjutkan
dengan melakuan pengabsenan, dan memberi tahu maksud dan tujuan pembelajaran
pada pertemuan kali ini, namun pada saat penyampaian materi anak-anak pun
terlihat mulai ribut sehingga saya pun harus mengulang dan sedikit meninggikan
volume suara agar terdengar oleh anak-anak yang lainnya. Setelah penyampaian
materi, saya pun mengintruksikan anak untuk menyelesaikan tugas yang ada pada
buku paket siswa.
Menit-menit
pertama mengajar saya masih bisa mengontrol anak-anak dengan cukup baik, akan
tetapi di pertenghan saya mulai mengalami kesulitan dalam mengontrol anak-anak hal ini di karenakan dari 31 siswa yang ada
mereka semua aktif, yaa menurut saya mereka sangat-sangat aktif, bahkan mereka ada
yang berlari-larian, naik keatas kursi, dorong-dorong kursi, ngelendotin badan
saya ketika saya berusaha membantu anak yang lainnya dalam mengerjakan latihan,
dan bahkan ada anak yang berkelahi hingga akhirnya salah satu di antara mereka
ada yang menangis, anak-anak yang melapor karena diganggu oleh teman-temannya dan
lain sebaginya, sungguh pemandangan di kelas pertama yang di luar dugaan. Awalnya
saya sangat kewalahan dan tidak tahu bagaimana mengatasi ini semua, rasanya
saya ingin marah, membentak anak-anak yang ribut itu, namun niat itu saya
urungkan lagi, dan saya mencoba untuk bersabar dan membiarkan suasana hati saya
agar tenang terlebih dahalu, setelah keadaan saya mulai membaik sayapun mencoba
untuk menangani anak-anak tersebut satu-satu, lambat laun sayapun mulai bisa
menyesuaikan diri dengan suasana yang ada, saya mulai bisa menangani anak yang
ribut, menangani anak yang menangis, dan lain sebagainya.
Selanjutnya
agar mengambil perhatian siswa kembali, saya pun mencoba untuk mengajak anak
menyayi disertai dengan gerakan sederhana dan lagu yang saya bawakan pada saat
itu adalah “Marina Menari” dan meminta
siswa untuk berdiri dan mengikuti lagu dan gerakan yang saya lakukan, saya
cukup terkesan dengan tingkah laku mereka dimana mereka berusaha agar nyanyian
dan gerakan itu sesui dengan apa yang saya lakukan, dan saya mulai sadar bahwa
apa yang guru berikan dan lakukan itu benar-benar mereka tiru. Setelah lagu itu
selesai sayapun kembali mengkondisikan siswa untuk duduk di tempatnya
masing-masing. Akan tetapi intruksi yang saya berikan itu tidak langsung
dituruti oleh siswa mereka masih saja sibuk dengan dunianya. Sampai di akhir
pembelajaran pada pertemuan pertama ini mereka cukup meberikan kesan yang
berharga bagi saya. Saya memang belum mengenal karakter anak itu satu-satu,
apalagi hapal nama-namanya akan tetapi saya cukup puas dengan pertemuan pertama
ini.
Selanjutnya
hari kedua mengajar, pada minggu kedua hari rabu, 01 November 2017, saya pun
masuk ke kelas saya, saya cukup kaget dengan respon anak-anak kelas 1B ketika
saya masuk yaa mereka sangat merespon saya dengan baik, bahkan ada salah satu
anak yang berteriak “yeahhhh asyik ibu guru baru mengajar lagiii” dan saya pun
sedikit tersenyum dengan tingkah anak itu. Kali ini saya di dampingi dengan
wali kelas 1B namun ibu wali kelas datang hanya untuk mengintruksikan anak-anak
untuk membuka makanan yang telah mereka bawa. Ya anak-anak kali ini membawa
bekal sarapan, dan makanan yang mereka bawa ini masih berkaitan dengan materi
yang telah di sampaikan di hari kemarin tepatnya pada hari selasa yakni mengenai
empat sehat lima sempurna, setelah saya di beri tahu awal kegiatan pembelajaran
kali ini, saya pun akhirnya di tinggalkan oleh wali kelas 1B dan kelas
sepenuhnya akan di kendalikan oleh saya sendiri.
Karena
saya di beri amanat agar anak-anak sarapan dahulu sebelum balajar, jadi saya
mengintrukasi anak untuk sarapan terlebih dahulu dalam waktu 15 menit,
anak-anak pun mulai membuka bekal yang telah ia bawa, mereka pun terlihat lahap,
kali ini mereka sangat berbeda tidak seperti awal pertemuan kami minggu
kemarin, kini anak-anak mulai bisa melemparkan senyum yang ramah terhadap saya
dan sesekali melakukan candaan dengan saya. Setelah anak-anak selesai
sarapannya sayapun memberikan sedikit permainan tebak-tebakan terlebih dahulu
sebelum masuk ke materi, setelah selesai tebak-tebakan sayapun mulai mengkondisikan
anak-anak untuk mulai belajar dan akhirnya saya pun mengintruksikan anak-anak
untuk membuka buku siswa dan melajutkan materi yang sudah disampaikan sebelumya
oleh wali kelas.
Dalam penyampain materi pelajaran
anak-anak mulai terlihat tidak kondusif, sehingga saya pun memberikan intruksi
untuk tepuk diam secara bersama-sama, awalnya mereka diam namun setelah
beberapa menit kemudian merekapun terlihat ribut kembali akan tetapi tidak
separah yang tadi, saya awalnya merasa
senang karena di pertemuan kedua ini anak-anak tidak separah pada pertemuan
pertama, akan tetapi hal yang diluar duagaan pun kembali terjadi dimana ada seoarang siswi
yang dijaili oleh teman sekelompoknya, sehingga menyebabkan siswi tersebut
menangis, dari siswi yang menangis itulah sehingga memicu keribuatan-keributan
yang lainnya, dengan adanya pengalaman pada pertemuan yang pertama sehingga
saya tidak terlalu di ambil pusing dalam mengatasi hal seperti ini. Dalam
pertemuan ke tiga dan keempat pun kegiatan belajar mengajar masih sama seperti
pada pertemuan sebelumnya dan masalah yang ditemui pun hampir sama pula, akan
tetapi perasaan sedih di pertemuan ke empat tidak bisa saya bendung lagi, ya
saya sangat sedih karena ini adalah pertemuan terakhir saya melihat mereka,
tingkah lucu mereka, kebiasaan mereka saat mengikuti proses pembelajaran di
kelas, serta kebiasan-kebiasan lainnya.
Dari permasalahan-permasalahan yang saya
temukan pada pertemuan pertama sampai keempat secara garis besar adalah,
anak-anak ribut dikelas pada proses pembelajaran, suka menjaili teman, dan
menangis. Hal ini saya rasa cukup wajar karena menurut saya mereka itu butuh
perhatian dari seorang gurunya, walupun saya orang asing bagi mereka tetapi
mereka tetap menganggap saya sebagai guru bagi mereka. Adapun menurut saya
solusi ketika kita dihadapkan dengan permasalahan yang diatas adalah berilah
anak perhatian yang lebih dengan melakukan pendekatan kepada anak yang sering
membuat keributan, jagan membentak anak ketika anak ribut-ribut di kelas,
usahakan agar kita dapat manage kelas
dengan baik, seperti halnya agar mendapatkan perhatian siswa kita harus bisa
membuat suasana pelajaran yang menarik agar anak tertarik dengan materi yang
disampikan dan yang terahir adalah berilah motivasi kepada anak agar menumbuhkan
semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
pendapat menurut Sumantri (2006:3.30) dimana beliau mengajukan empat peranan
guru untuk memberikan dan meningkatkan motivasi siswa, yaitu: 1) membangkitkan
semangat siswa 2) memberikan harapan yang realistis, 3) memberikan intensif, 4)
memberi pengarahan. Adapun menurut Nuraini (2012:15) beliau mengatakan bahwa
ada beberapa tips untuk membantu para guru dalam menghadapi siswa yang nakal
dan tukang ribut, sebagai berikut:
a. Buat
aturan yang jelas tentang tanggung jawab guru dan siswa dikelas atau buat suatu
perjanjian antara guru dan siswanya.
b. Jadilah
guru yang kreatif dalam menangani aktifitas di kelas selama PBM.
c. Berikan
mereka (para siswa) tanggung jawab.
d. Lakukan
pendekatan pada siswa yang sering ribut dan nakal.
e. Mintalah
partisipasi dari orang tua jika siswa tersebut sudah tidak bisa diatur lagi.
Mengajar
anak kelas 1 SD merupkan suatu tantangan yang luar biasa, di butuhkan ekstra kesabaran,
ya sabar ketika melihat anak yang baru
mulai pembelajaran sudah ribut, sabar ketika melihat anak yang berantem adu
mulut dan akhirnya salah satu dari mereka ada yang menangis dan bahkan
kedua-duanya pun ikut menangis, sabar ketika ada anak yang hobinya bercerita
mengenai apa yang ia lihat dan alami sehingga saya harus menjadi pendengar yang
baik untuknya karena ketika saya mengacuhkan anak yang bercerita anak tersebut
akan ngambek (murung) sehingga saya sebisa mungkin harus mendengarkan ia
bercerita terlebih dahulu baru saya melajutkan lagi aktivitas mengajar. Sabar
ketika ada anak yang ngegelendotin badan, dan lain sebagainya. Sehingga dari
pengalaman ini semua, saya mendapatkan beberapa pelajaran yang harus saya
perbaiki untuk kedepannya, yakni belajar bersabar dalam menghadapi anak dalam
situasi apapun, harus bisa mengendalikan diri, menyesuaikan dengan keadaan
anak, harus bisa memperkirakan anak di dalam kelas, dalam mengajar harus
dipersiapkan dengan matang. Banyak-banyak cari referensi untuk menambah wawasan
dalam mengajar serta meminta saran dari guru-guru yang sudah berpengalaman.
Saya
masih belajar menjadi seoarang guru yang baik, guru yang di idolakan, guru yang
dinantikan untuk kehadirannya dan ini adalah penglaman pertama saya terjun
langsung untuk mengajar dan mendidik anak-anak agar menjadi anak-anak yang
baik, tidak ada perubahan yang signifikan selama 4 kali pertemuan ini namun
saya bahagia dengan mereka mengenal saya, dan saya mengenal beberapa nama dan
karakterk anak-anak serta tingkah laku mereka. Dan saya sangat berterima kasih
kepada dosen saya yang telah memberi saya tugas untuk prakatik simulasi
mengajar di sekolah, karena dengan tugas ini saya mendapatkan pengalaman yang
luar biasa, pengalaman ini menjadi bekal saya kedepannya dan memotivasi saya
agar saya terus belajar-belajar dan belajar lagi dalam mengasah kemapuan publik speaking saya, penguasaan materi,
belajar menangani anak-anak yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Mereka
sangatlah polos-polos sehingga sebagai guru dan calon guru kita harus bisa
mengarahkan anak-anak agar bisa menjadi pribadi yang baik. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yang mendefinisikan belajar sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Baharuddin
(2010:12) belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.
Sehingga dengan adanya pengalaman ini pula menjadi batu loncatan untuk saya
kedepannya, dimana saya harus lebih mempersiapkan lagi bekal saya menjadi
seorang guru, karena amanah yang dipikul kedepannya pun sangatlah berat jika
kita mengajarkan hal-hal yang tidak baik bagi anak maka akan berpengaruh pula
bagi masa depan mereka.